Saat ini, guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi murid. Murid mampu belajar dari siapa, kapan dan di mana pun juga.
Kemajuan teknologi bahkan membuat pengetahuan dapat diakses dengan lebih mudah. Menembus batas ruang dan waktu. Murid dapat memilih cara belajarnya sendiri.
Itje Chodidjah (Pelatih Guru dan Praktisi Pendidikan) dalam sebuah video di Platform Merdeka Mengajar mengatakan bahwa terkadang guru abai dengan perubahan keadaan.
Merasa ilmu dan pengalamannya selama ini cukup untuk mengantarkan murid meraih kesuksesan. Padahal, murid hidup pada zaman dan keadaan yang jauh berbeda dengan guru ketika ia menempuh pendidikan dulu.
Apa Itu Kurikulum?
Hingga saat ini, belum ada pengertian kurikulum yang mengikat secara universal. Meski kurikulum sering diartikan sebagai seluruh pengalaman belajar murid.
Namun, sejatinya kurikulum itu lebih kompleks dan multidimensi. Menurut Itje, kurikulum dapat dimaknai sebagai titik awal hingga titik akhir pengalaman belajar murid.
Dalam pendidikan, kurikulum ibarat jantung. Jika jantungnya lemah, maka proses penyaluran darah tidak akan lancar dan bisa berakibat fatal.
Ralph Tyler dalam bukunya The Principle of Curriculum menyatakan setidaknya ada 4 komponen kurikulum, yaitu: tujuan, konten, metode/cara, dan evaluasi.
Umumnya banyak negara yang mengklasifikasikan komponen kurikulum menjadi tiga, yaitu : tujuan pembelajaran/konten, panduan pedagogi, dan panduan evaluasi. Komponen-komponen inilah yang dapat digunakan dalam mendesain kurikulum sesuai kebutuhan murid.