Lihat ke Halaman Asli

Ditta Widya Utami

Pendidik dan Pembelajar

Hari Lahirnya Pancasila, Haruskah Diperingati?

Diperbarui: 1 Juni 2020   16:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pancasila hadir ke dunia 75 tahun silam. Muncul sebagai buah pikiran mendalam dari salah satu founding fathers negeri ini. Kisah kelahirannya (baca: Pancasila) bahkan diabadikan dalam buku-buku teks Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Menjadi salah satu menu wajib untuk dikonsumsi oleh siapa pun yang mengenyam bangku pendidikan.

Pancasila telah menjadi resep andalan NKRI untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Hadirnya bagai primadona yang memukau para pemimpin dunia. Coba tanyakan pada presiden, berapa banyak raja dan perdana menteri yang bertanya resep Indonesia dalam menjaga kesatuan dan persatuan.
Yang mereka tahu, Indonesia adalah negara besar dengan perbedaan yang luar biasa beragam. Lebih dari 17.000 pulau, 1.331 kelompok suku (BPS) dan 652 bahasa daerah (Badan Bahasa) telah mewarnai negeri ini. Dan Pancasila, menjadi perekat pemersatu.

Di masa pandemi, wujud nyata pengamalan Pancasila tentu dibutuhkan. Meminjam istilah Ketua DPR-RI, saat ini tak hanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) saja yang diperlukan, melainkan juga Gotong Royong Berskala Besar (GRBB).

Banyak warga yang tergerak untuk membantu sesama. Menyumbangkan masker, hand sanitizer, alat pelindung diri (APD), makanan, bahan pokok, atau yang lebih bergengsi seperti peti jenazah dan seperangkat wastafel.

Di lingkungan saya sendiri, para warga turut bergotong royong melakukan penyemprotan dengan disinfektan, membagikan masker, serta sumbangan sukarela untuk kemudian diberikan kepada mereka yang terdampak corona dan yang membutuhkan.

Di tahun 1977 saat Peringatan Hari Lahir Pancasila, Bung Hatta menyampaikan bahwa pengamalan Pancasila tidak boleh berhenti pada pengamalan di bibir saja (Kompas, 01/06/2020). Kini, saat media sosial merambah dunia manusia, tetiba banyak yang mengunggah status, story, feed, dsb terkait dengan hari lahir Pancasila

Terlepas dari kepatutan setiap warga negara untuk memperingati hari lahir Pancasila, sudah selayaknya kita bertanya pada diri. Sudahkah kita mengamalkan sila-silanya? Apakah kita termasuk yang mengamalkan hanya di bibir atau di status saja? Atau kita termasuk bagian yang mengamalkan Pancasila secara nyata?

Lebih lanjut, tanyakanlah "Hari Lahir Pancasila, layakkah (kita) memperingatinya?"

Ditta Widya Utami

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline