Lihat ke Halaman Asli

Didik Purwanto

Tech Buzz Socialist

Kurikulum Merdeka Jawaban Atasi Krisis Masalah Pendidikan di Indonesia

Diperbarui: 2 April 2023   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah. Foto: Kompas.com 

Masalah pendidikan Indonesia dinilai belum membaik dari tahun ke tahun? Akankah Kurikulum Merdeka menjadi jawaban atasi krisis tersebut? Mampukah Kurikulum Merdeka ini bikin anak Merdeka Belajar?

Peringkat Pendidikan Indonesia di Tingkat Dunia

Berdasarkan worldtop20.org, Indonesia menduduki peringkat pendidikan ke-67 dari 203 negara di dunia pada tahun 2023. Pencapaian itu tidak berubah jika dibandingkan dengan tahun 2022. Di Asia Tenggara, posisi Indonesia kalah jika dibandingkan Singapura (peringkat 22) dan Vietnam (posisi 53). Posisi Indonesia hanya lebih baik dibandingkan Timor Leste (peringkat 69), Filipina (71), Malaysia (89), Laos (102), Thailand (107), dan Myanmar (109).

Lembaga World Top 20 Education ini rutin melakukan survei terkait peringkat 20 sistem pendidikan terbaik di dunia. Survei itu meliputi tingkat pendaftaran sekolah anak usia dini, tingkat penyelesaian Sekolah Dasar, sekolah menengah, SMA, dan kelulusan perguruan tinggi. Selain itu menilai kemampuan Matematika, Sains, serta kemampuan membaca di tingkat dasar serta menengah.

Posisi lima besar peringkat pendidikan terbaik di dunia diraih Denmark, Korea Selatan, Belanda, Jerman, dan Irlandia. Menurut lembaga tersebut, Indonesia belum berhasil masuk 20 teratas dalam peringkat pendidikan karena rasio guru tingkat akademik (teacher ratio academic levels).

Proses Belajar Harus Lebih Sederhana

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, krisis pembelajaran di Indonesia akibat hilangnya pembelajaran (learning loss) dan peningkatan kesenjangan pembelajaran. Apalagi ditambah dengan pandemi yang berlangsung sejak awal 2019.

Menurut Nadiem, penyederhanaan kurikulum dalam bentuk kurikulum darurat efektif memitigasi ketertinggalan proses pembelajaran. Itulah yang menjadi alasan kurikulum harus lebih efektif dan implementasi kurikulum harus lebih komprehensif.

Bercermin dari kasus itu, muncul Kurikulum Merdeka. Tentunya akan lebih menyederhanakan proses belajar mengajar. Peserta didik pun akan lebih fokus belajar karena tak perlu lagi menerima semua pelajaran yang sebenarnya tidak perlu diberikan. Tak perlu lagi ada penjurusan di tingkat SMA karena kurikulum ini akan membebaskan peserta didik memilih kelompok mata pelajaran yang sesuai minat dan bakatnya.

Penerapan Kurikulum Merdeka ini pun akan lebih relevan dengan kondisi sekarang dan masa depan, apalagi dunia kerja. Peserta didik akan dapat menerima pelajaran secara interaktif, mampu eksplorasi isu aktual hingga mampu mendukung pengembangan karakter serta kompetensi yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

Kondisi ini tentu berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Peserta didik harus menerima semua mata pelajaran, bahkan yang tidak disukainya. Alhasil, peserta didik dituntut memiliki nilai baik semua untuk dapat lulus sekolah secara sempurna.

Padahal kondisi anak berbeda-beda. Ada yang unggul di mata pelajaran tertentu. Namun jeblok di mata pelajaran lainnya.

Lonjakan Angka Kriminalitas Remaja

Beban sekolah yang berat apalagi minim pengawasan orangtua tentu saja akan melahirkan lonjakan angka kriminalitas remaja. Menurut data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), ada 16.106 kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di Indonesia pada 2022.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline