Lihat ke Halaman Asli

Inspirasi untuk Menerbangkan Indonesia

Diperbarui: 30 Oktober 2016   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

10 Agustus 1995 - 7 hari menjelang ulang tahun ke-50 hari emas Indonesia, suasana Lapangan Udara Husein Sastranegara, Bandung sedang mengalami hiruk pikuk. Berdebaran hati, ketidaksabaran diri, kemantapan hati untuk menyaksikan momentum kebangkitan Indonesia. Bapak Habibie beserta seluruh tim di IPTN telah bersiap-siap untuk menerbangkan pesawat terbang ciptaan pertama milik karya Indonesia, pesawat N-250/Gatutkoco. Ribuan warga telah mengeremuni lapangan dengan membawa perasaan gelisah serta harapan kuat terhadap momen yang akan disaksikannya. Di suatu tribun terlihat pula kehadiran sosok Bapak Presiden, Pak Soeharto dengan tegas dan wibawanya memandang kuat pemandangan yang sedang dipandanginya.

Beda halnya dengan kegemparan hati dari penonton, awak pesawat besera krunya terlihat bersikap tenang dan fokus akan beban dan harapan dari Indonesia yang diembannya. Ketenangan hati dari Pilot hingga co-Pilot terlihat dalam kelihaiannya mengoperasikan pesawat Gatutkoco. Meskipun juga tak bisa dipungkiri, kegugupan dan kebimbangan juga tersimpan dalam benak mereka. Namun, harapan dan keyakinan akan Indonesia emas telah mengokohkan langkah-langkah mereka ke depannya. Perasaan gugup dikalahkan seketika oleh optimistis.

Pesawat Gatutkoco merupakan produksi pesawat ketiga dari seluruh Dunia yang menggunakan teknologi fly-with-wire, setelah Eropa dan Amerika Serikat. Dengan perencanaan dan proses pembuatan yang menghabiskan waktu bertahun-tahun lamanya IPTN yang dipimpin oleh Bapak Habibie telah dengan mantap memutuskan untuk menerbangkan pesawat hasil karya Indonesia pertama dengan disaksikan oleh seluruh warga Indonesia pada hari ini (10 Agustus 1995).

Hingga akhirnya tiba momen ketika pesawat siap diterbangkan, seluruh subyek yang tengah mengoperasikannya bersikap dengan cermat dan penuh kewaspadaan, namun dengan kesigapan yang tinggi. Berhembus angin semilir yang lembut, tibalah waktunya pesawat Gatutkoco untuk memamerkan kegagahannya di udara. Dan tak lama kemudian, seketika meluap perasaan takjub dari seluruh pihak. Dimulai dari Pak Harto yang tidak bisa menahan luapan emosinya dalam bentuk air mata. Beliau tak kuasa menahan rasa harunya melihat kesuksesan Indonesia yang tercatat pada tanggal ini dan waktu saat ini. Kemudian, diikuti kegirangan Ibu Tien yang seketika memeluk erat Pak Habibie dalam keharuan yang membekas tersebut. Seluruh pihak bersorak sorai menyaksikan momentum mencengangkan tersebut. 

Tak kalah kegirangannya, seketika seluruh awak media mulai menyerbu Pak Habibie. Beliau dan seluruh awak pesawat pun mengalami emosi yang sama dengan warga Indonesia yang ikut menonton. Senang, haru, gembira, air mata yang bercucuran pun tak bisa dihindari. Menanggapi momen tersebut, Pak Habibie turun tangan dan berkata dengan lantangnya kepada seluruh awak media, "Keberhasilan ini merupakan keberhasilan milik kita bersama dengan usaha kita bersama pula. Saya tidak sendiri. Saya bersama seluruh tim IPTN telah bersama bekerja keras menyongsong masa depan Indonesia untuk momentum hari ini. Keberhasilan ini tak lain adalah bentuk keharmonisan tim dalam mencapai masa depan Indonesia emas"

Didorong oleh keinginan yang luhur dan pengalamannya mengabdi pada penggalian ilmu di Aachen, Jerman selama 20 tahun telah menciptakan Pak Habibie yang mempunyai tekad kuat dalam kontribusi Indonesia ke depannya. Tak ingin lama-lama di Negeri orang lain, Pak Habibie memutuskan untuk kembali ke Tanah Air dan mengaplikasikan segala dedikasinya untuk Bumi Pertiwi. Meskipun heroiknya Pak Habibie pernah terjatuh sakit pada klinik Mahasiswa dan harus berbaring di kamar tidur pasien sembari cita-citanya dalam kemajuan Tanah Air dengan wadah PPI tandas seketika.

Namun, Pak Habibie tidak mudah menerima cita-citanya yang dibangun atas kerja kerasnya hancur seketika, beliau meluapkan segala emosinya dalam puisi Sumpahku. Begitu besar kecintaan dan dedikasinya pada kemajuan Tanah Air, sosok Pak Habibie merupakan sosok tauladan khas Indonesia dari Bumi Pertiwi yang patut dicontoh. Harapan Indonesia emas tidak berhenti pada tanggal 10 Agustus 1995 saja, beliau dan tidak hanya beliau namun seluruh warga Indonesia juga mempunyai harapan tinggi akan Indonesia emas di 50 tahun berikutnya. Indonesia emas 2045.

*referensi : Casofa, Fachmy. Habibie "Tak Boleh Lelah dan Kalah". Metagraf, 2014.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline