Lihat ke Halaman Asli

Perayaan Salat Idul Adha di Taipei

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1351465804631065130

Grand Mosque, Taipei

(Credit Photo by: Ida Dewi Sudaryono)

Taipei, 26/10/2012– Ada hal unik dari perayaan salat Idul Adha di Taipei. Khutbah seusai salat disampaikan dalam bahasa Mandarin. Sayangnya tidak diterjemahkan, sehingga bagi jamaah yang belum fasih dan paham bahasa Mandarin, tentu kesulitan memahaminya. Ada lagi hal menarik lainnya. Sebelum salat, tata cara salat diberitahukan dalam tiga bahasa, yaitu: Mandarin, Inggris, dan bahasa Indonesia.

Keunikan lain dapat diketahui dari tata cara salatnya. Di salat Idul Adha yang bertempat di Grand Mosque Taipei itu, rakaat pertama: 4x, membaca Alfatihah, surat pendek, ruku, sujud. Rakaat kedua: takbir, membaca Alfatihah, surat pendek, takbir lagi 3 x, ruku, sujud, tahiyat, salam. Padahal sesuai ketentuan fikih, salat Idul Adha di rakaat pertama takbiratul ihram 7x, sedangkan di rakaat kedua sebanyak 5x.

Perayaan Idul Adha yang berlangsung dari pukul 8.00 – 8.30 waktu setempat, dan dihadiri lebih dari seratus orang itu menimbulkan keharuan dan sensasi tersendiri bagi Listiya Eka, mahasiswi jurusan jurnalistik, fakultas komunikasi di Chinese Culture University. “Senang dan haru, bisa bertemu saudara seiman yang berasal dari beragam etnis dan bangsa.” Ujarnya. Dikatakannya lagi, jamaah salat Idul Adha ada yang berasal dari Yordania, Pakistan, Turki, India, Bangladesh, muslim Cina, Indonesia, dan beberapa negara dari Afrika. Eka juga menceritakan bahwa rasa kekeluargaan lebih terasa saat bertemu teman-teman, mungkin disebabkan karena jauh dari keluarga dan rumah.

13514658641604855493

Jamaah Salat Idul Adha di Grand Mosque, Taipei

(Credit Photo by: Ida Dewi Sudaryono)

Eka dan teman-teman makan di luar masjid, meskipun dari takmir masjid menyediakan kurma dan air mineral. Sayangnya, mahasiswi yang ngekos di Da Ya building ini tidak tahu berapa jumlah hewan kurban. “Aku nggak ngerti berapa jumlah hewan kurban. Mmm…. Hewan kurbannya belum disembelih.” Jelasnya mengakhiri pembicaraan. (Dito Anurogo, peserta sekolah jurnalisme Indonesia yang disponsori oleh UNESCO)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline