Lihat ke Halaman Asli

Duka di Hari Bahagia

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Hidup manusia di dunia ini penuh kesusahan, singkat dan becampur dengan penderitaan. Karena itu, tak seorangpun mampu menghindar dari kematian. Setelah mencapai usia lanjut, sang Kematian bakal mengetuk rumahmu. Begitulah yang harus terjadi dalam kehidupan segenap makhluk hidup."

(Sabda sang Budha)

Tiba-tiba saja di pagi yang cerah dan berbahagia ini, saya menerima SMS dari seorang guru, sekaligus sahabatku yang amat kami kasihi dan kami banggakan, yaitu dr. Andri, Psikiater.

Beliau salah seorang psikiater besar di Indonesia, sebab menjadi satu-satunya delegasi Indonesia di American Psychosomatic Society dan The Academy of Psychosomatic Medicine. Begini bunyinya:

"Uwak saya meninggal semalam. Mohon doanya demi kelancaran almarhum." (25 Desember 2010, 07:46:51)

Oleh karena itulah, dari lubuk hati yang terdalam, saya atas nama pribadi, mewakili seluruh dokter dan masyarakat Indonesia, dengan tulus mengucapkan,

"TURUT BERDUKA CITA ATAS MENINGGALNYA UWAK DARI DR. ANDRI, SPKJ. SEMOGA ARWAHNYA MENDAPATKAN TEMPAT YANG TERBAIK DISISI TUHAN YME. KELUARGA YANG DITINGGALKAN SENANTIASA TABAH DAN TETAP TEGAR DI DALAM MENJALANI KEHIDUPAN DAN MENGHADAPI BERBAGAI TANTANGAN DI MASA DEPAN."

Khusus kepada mereka yang beragama Budha, marilah kita mengenang kembali sabda Sang Buddha kepada Ananda ketika Sang Buddha mendekati waktu wafatNya mencapai Parinibbana sebagai berikut:

"Ananda, jadilah pulau bagi dirimu sendiri, pelindung bagi dirimu sendiri, jangan mencari perlindungan di luar, dengan Dhamma sebagai pulaumu, Dhamma sebagai pelindungmu, tidak mencari perlindungan lain. Dan bagaimana Ananda, seorang bhikkhu menjadi pulau bagi dirinya, perlindungan bagi dirinya, dengan Dhamma sebagai pulaunya, Dhamma sebagai pelindungnya, tidak mencari perlindungan lainnya? Bila ia mengembara merenungkan jasmani di dalam badan jasmaninya dengan sungguh-sungguh disertai dengan pengertian yang jelas, terang, dan dengan penuh kesadaran, setelah mengatasi nafsu keinginan dan duka cita dalam memandang pada dunia, hidup dan kehidupan ini, ia mengembara merenungkan perasaan di dalam perasaannya, pikiran di dalam pikirannya, dan obyek mental di dalam obyek mental".

Sumber kutipan:

http://www.buddhis.net/content/mengatasi-kematian

http://id-id.facebook.com/artikelbuddhis




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline