Lihat ke Halaman Asli

Amankah Mengkonsumsi Daging dan Susu Hasil Cloning?

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pada tahun 1997, sejumlah peneliti Skotlandia menyita perhatian media ketika mengumumkan kelahiran Dolly, anak domba yang diklona dari domba dewasa melalui transplantasi inti dari sel yang telah terdiferensiasi. Dolly merupakan hewan kloning yang paling dikenal. Hewan kloning dihasilkan dari proses perpindahan inti sel hewan donor ke sel penerima yang tak berinti sehingga dihasilkan sel diploid yang membelah menjadi embrio awal dan ditanamkan ke hewan induk pengganti.

Kini tengah dikembangkan hewan-hewan kloning untuk tujuan agrikultur dan medis. Pada penerapan agrikultur, pengembangan hewan kloning berfokus pada reproduksi hewan yang ‘bernilai’ secara genetik yang dapat menghasilkan daging dan susu berkualitas/berkuantitas tinggi. Perkembangan dan penggunaan produk daging dan susu yang berasal dari hewan kloning tergantung pada keamanan dan keuntungan gizi yang terdapat pada produk tersebut seperti yang diharapkan oleh konsumen. Namun, apakah mengkonsumsi daging dan susu dari hewan hasil kloning tersebut aman?.

Makiko Yamaguchi, Yoshihiko Ito dan Seiya Takahashi melakukan sebuah penelitian dengan mengujicobakan pemberian pakan daging dan susu sapi hasil hewan kloning dalam jangka panjang pada tikus. Penelitian yang dipublikasikan dalam Theriogenology Elsevier Health Journal ini menggunakan bahan jaringan hasil kloning embrio anak sapi dan kloning somatik anak sapi yang diproduksi dari berbagai laboratorium di Jepang. Sebagaibahan pembanding digunakan pula daging sapi yang diternakan secara non kloning yang diproduksi dari National Livestock Breeding Center.

Selama pemberian pakan 14 minggu pada tikus dilakukan pemeriksaan dan observasi gejala klinis, berat badan, konsumsi makanan aktivitas sensori motorik, siklus estrus, analisis urin, darah dan pemeriksaan jaringan. Hasil penelitian menunjukan bahwa di setiap kelompok percobaan tidak ada tikus yang mati selama periode pemberian makan. Tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda klinis yang abnormal sehubungan dengan pemberian makan daging ataupun susu yang berasal dari sapi kloning. Analisis urine juga menunjukkan tidak terdeteksi adanya perubahan akibat konsumsi daging dan susu.

Diperkuat dengan hasil penelitian Brophy, Knighton, Laible, dan Wells (2007), tidak terlihat adanya perbedaan yang jelas dalam komposisi susu dan keju yang dihasilkan dari sapi kloning somatik dibandingkan dengan sapi non kloning. Sifat biokimia susu dari sapi kloning, mirip dengan sapi non kloning, sehingga konsumsi daging dan susu dari sapi kloning tidak mempengaruhi kondisi fisiologis hewan. Metode yang diusulkan oleh penelitian ini tidak dapat menjamin keamanan semua produk dari setiap hewan kloning yang diproduksi dengan berbagai metode.

Penelitian ini adalah salah satu upaya untuk menentukan dampak pada hewan yang diberikan makanan daging dan susu hasil kloning yang menggunakan metode toksikologi konvensional. Berdasarkan hasil tersebut, hal ini berguna untuk studi lebih lanjut mengenai penilaian risiko produk dari ternak kloning. Dari penelitian ini didapatkan pula bahwa walaupun tidak terdapat kondisi yang merugikan terjadi pada tikus, sedangkan untuk keamanan konsumsi oleh manusia perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline