Lihat ke Halaman Asli

Gunakan Logika Benar, Bukan Logikamu...

Diperbarui: 15 November 2015   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada tiga hal yang ingin disampaikan oleh judul artikel di atas. Tiga hal yang mungkin akan dapat kita ambil pelajaran besar atasnya. Kalau pun itu dianggap tidak penting, abaikan saja...

Hal tersebut adalah, pertama, bahwa logika benar yang mutlak kebenarannya itu ternyata ada. Adanya logika-logika kebenaran relatif, yang kadang menjadi perdebatan di antara kita tentang sesuatu, salah satunya bisa jadi adalah logika benar. Logika-logika kebenaran relatif, yang kadang menyebabkan kita berkonflik, pastilah datang dari satu logika benar, yang kebenarannya mutlak. Logika kebenaran relatif adalah representasi kemampuan manusia di dalam menalar logika kebenaran mutlak, itu faktanya.

Hal kedua yang ingin disampaikan lewat judul artikel di atas adalah mengenai „logikamu“ (logika kita). Kita dilarang menggunakan „logikamu“. Kita harus memberanikan dan mengikhlaskan diri untuk berani menggunakan logika benar yang disiratkan pada poin pertama tersebut, logika yang nilai kebenarannya mutlak. Selain memang karena alasan bahwa „logikamu“ bernilai relatif subjektif, „logikamu“ pun sangat rentan dengan intervensi napsu (terlepas itu napsu baik atau buruk), intervensi keinginan, intervensi kepentingan, intervensi harapan, intervensi kosongnya perut, intervensi latar belakang pendidikan, intervensi lingkungan, intervensi suara terbanyak, bahkan sangat rentan terintevensi kebencian atau kecintaan atas sesuatu.

Lalu, implikasinya apa? Hal ketiga yang ingin disampaikan oleh judul artikel di atas, itulah implikasinya. Implikasinya, bahwa kita semua harus – tanpa kenal lelah – terus mencari logika kebenaran mutlak tersebut. Menuntut ilmu menjadi hal yang logis untuk dilakukan pada akhirnya. Memverifikasi „logikamu“ menjadi hal yang logis untuk dikerjakan pada akhirnya. Lalu, ikhlaskanlah, bahwa hanya kebenaran pada logika benar itulah yang harus diusahakan / diperjuangkan untuk tetap menjadi pondasi berkehidupan kita di muka bumi ini, bukan logikamu... [dnu]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline