Lihat ke Halaman Asli

Demi Masa, Sebuah Renungan Diri

Diperbarui: 7 Juli 2015   03:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Demi masa. Ayo kita kembali merenung, merenungi akan segala hal yang terhampar dan dihamparkanNYA. Merenungi akan setiap causal-effect dari perputaran kesetimbangan bumi dan jagat raya ini. Merenungi akan semua sajian film yang memang diperuntukkan bagi kita, untuk dapat kita baca. Sekecil apa pun itu, seluas apa pun itu, seharusnya kita – manusia – mampu untuk mendapat ibrah dan pelajaran dari setiap frame-cerita-berjalan-nya.

Demi masa. Berapa kali kita pernah diselamatkan oleh sebuah detik, saved by the bell, seperti itu kita menyebutnya. Hanya karena sepersekian detik, kita terselamatkan dari kecelakaan maut. Hanya karena sepersekian detik, kita dapat berangkat dengan kereta terakhir. Hanya karena sepersekian detik, seseorang mampu mengubah cerita sejarah dunia. Hanya karena sepersekian detik... Karena, satu detik saja, itu – tentulah – bukan sekedar hanya...

Demi masa. Jangan pernah kita abaikan waktu berlalu begitu saja. Waktu yang dengan sombongnya terus berjalan, tanpa sedikit pun memedulikan kita. Waktu yang dengan gagahnya terus bergerak, tanpa sedikit pun memerhatikan kita. Bahkan waktu yang dengan angkuhnya terus berlari, tanpa mau untuk kembali. Waktu yang satu detik telah berlalu tadi, tidak mungkin dapat kita kembalikan, walau kita membayar sebanyak apa pun itu. Waktu yang satu detik telah berlalu tadi, adalah guratan takdirNYA, tanpa kita mampu untuk mengubahnya.

Demi masa. Jadi, perbaiki – terus – kualitas berkehidupan kita, dimana waktu sebagai salah satu konstrainnya. Rencanakan apa yang akan kita perbuat, dimana waktu sebagai salah satu konstrainnya. Perhatikan dan evaluasi kembali apa yang telah, sedang, dan akan kita lakukan, dimana waktu sebagai salah satu konstrainnya. Jangan sampai penyesalan terjadi, karena satu detik yang telah berlalu tadi, ternyata adalah takdir atas batas usia kita...

Demi masa. Janganlah menjadi manusia-manusia yang merugi. Berusahalah – semampu kita bisa – untuk tidak menjadi manusia-manusia yang merugi. Walau pun – sesungguhnya – manusia itu ada di dalam kerugian yang nýata... [dnu]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline