Lihat ke Halaman Asli

Dita Utami

ibu rumah tangga

Ketangguhan Pemuda Melawan Radikalisme

Diperbarui: 2 November 2024   21:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kumparan

 Seorang aktris senior Amerika Serikat yaitu Joddie Foster pernah mengemukakan secara terbuka soal keenggannya berkerja sama dengan generasi Z  atau biasa disebut Genzi, suatu generasi yang lahir sekitar tahun1997 sampai sekitar tahun 2012, saat teknologi informasi sudah mulai jamak dilakukan di mana-mana.

Foster yang saat ini sudah berumur sekitar 61 tahun mengatakan bahwa gernerasi Z benar-benar menyebalkan terutama jika dalam konteks Kerjasama. Jodie yang sudah menjadi aktris sejak kanak-kanak, sering mendengar alasan bahwa generasi Z tidak dapat datang ke tempat kerja karena tidak bersemangat dan akan datang sesuka dia. Lebih lanjut dia juga memjelaskan hal-hal lain soal kebiasaan generasi Z yang tidak ia sukai.

Setiap generasi punya kemampuan dan beradaptasi masing-masing sesuai dengan zamannya. Namun sebagai manusia, setiap generasi harus punya sesuatu untuk bisa menghadapi tantangann yang harus di lawan atau hadapi.

Dalam konteks indoneisa, ini banyak artinya. Kita mengenal agama Islam yang sekarang misalnya dengan berbagai aliran atau lebih sederhananya dengan berbagai penafsiran. Ada agama yang bersifat moderat ada juga yang radikal. Dan masing-masing generasi melakukan penafsiran terhadap itu.

Islam moderat misalnya, sebenarnya jauh lebih maju dan mampu melihat kekompleksan keberagaman kita versus agama. Pada masa Wali Sanga mereka mampu harmoni dengan pihak yang tidak seagama dan kemudian mereka tertarik dan akhirnya  banyak rakyat yang tertarik dengan Islam. Selama berabad lamanya, harmoni itu berlangsung sampai sekarang dan Islam kini menjadi agama dengan pemeluk terbesar di Indonesia.

Kini kita sering berhadapan dnegan Islam radikal yang sering menyusup melalui berbagai hal termasuk media sosial yang kerap akrab dengan generasi Z. Generasi Z yang sering bersifat individualistic dan "menyebalkan" seperti gambaran Joddie Foster itu, karena sifat bawaannya sering menganggap itu satu-satunya kebenaran. Sehingga konsep-konsep seperti jihad, kafir dlsb sering dipahami dengan tekstual dan bukan kontekstual.

Sehingga kita memang harus menumbuhkan ketangguhan (resiliensi) melawan hal negative termasuk islam radikal ini. Ini tidak bisa dianggap remeh. Karena pada awal tahun 2024, Densus 88 telah menangkap sekitar 100 terduga teroris di tanah air. Tentu ini tidak main-main dan perlu penanganan khusus.

Ketangguhan melawan radikalisme pada generasi muda kali ini harus kita lakukan secara sunggunh -sungguh. Dengan begitu kita bisa lebih ringan menghadapi Indonesia emas 2045.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline