Lihat ke Halaman Asli

Dita Silalahi

Do u think all humans are same?

Masa bodoh = Apatis?

Diperbarui: 24 Februari 2021   23:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

powerofpositifity.com

Apatis dan masa bodoh adalah sifat atau emosi yang bisa dikatakan dalam defenisi yang sama. Apatis dan masa bodoh adalah merasa acuh tak acuh dan tidak peduli terhadap aspek emosional, sosial atau kehidupan fisik. Namun apatis cenderung dikenal sebagai gejala deresi atau kondisi psikologis yang kurang baik.

Lalu apakah sifat masa bodoh dapat dikatakan sama dengan orang yang apatis? Tidak. Apakah sifat masa bodoh itu penting? Menurut saya jawabannya adalah "YA"

Jadi, beberapa hari yang lalu saya dapat WhatsApp dari sahabat saya bahwa dia ingin bertemu saya dan ingin bercerita karena dia sedang ada masalah. Sebenarnya saya sudah menyadarinya dari story/ status WhatsApp dia belakangan ini, saya juga pernah menanyakan sekali "Kenapa?" dan jawabnya "Gpp". Pada umumnya , hampir setiap orang yang ditanya "Kenapa?" jawabannya adalah "Tidak apa-apa" termasuk saya sendiri juga begitu. Jadi saya memutuskan untuk tidak menanyakan terlalu jauh, karena dia akan menceritakan masalahnya ke orang yang menurutnya tepat untuk diceritakan atau mungkin dia butuuh waktu untuk siap menceritakan masalahnya. Ternyata benar, dia hanya belum siap untuk bercerita ketika saya tanyakan "Kenapa". Besoknya setelah chat itu, dia datang dan cerita kepada saya. Sebenarnya ceritanya sedikit sensitive dan saya juga sedikit bingung untuk merespon ceritanya karena berhubungan dengan agama, dimana kita memiliki kepercayaan yang berbeda dan saya tidak tahu banyak tentang kepercayaannya dia. Tapi singkat cerita, teman-temannya ketika SMA membully penampilan dia yang sekarang. Sedikit dilema sebenarnya untuk dia, ketika dia memutuskan mengubah penampilan karena dia memikirkan peluang untuk pekerjaannya. Karena hujatan teman-temannya membuat dia menjadi down dan mengganggu pikirannya.

Sejujurnya saya tidak bisa mengatakan bahwa keputusan dia benar atau salah, apalagi ini mengenai agama. Tapi menurut saya, ketika kita berani melakukan suatu tindakan itu berarti kita harus bertanggung jawab dan siap untuk menerima resiko dari tindakan kita tersebut. Yang terpenting adalah apakah tindakan tersebut baik dan bermanfaat untuk diri sendiri? Selama tindakan itu baik dan bermanfaat untuk diri sendiri, maka lanjutkan. Garis penting yang perlu diingat, bahwa diri kita sendirilah yang terpenting di dalam hidup, love yourself first. Setelah kamu bisa mengutamakan dirimu sendiri kemudian kamu bisa memikirkan orang lain, seperti orangtua atau orang-orang yang kamu sayangi. Jangan pernah berpikir bahwa kamu bisa menyenangkan hati semua orang, pemikiran seperti ini perlu dihilangkan. Di dunia ini tidak ada yang benar-benar menerima kamu sepenuhnya apalagi dalam kondisi kamu berbeda dengan yang lainnya, saat kamu gagal atau melakukan kesalahan. Padahal menjadi gagal dan melakukan kesalahan adalah hal yang manusiawi, tidak ada satupun manusia di bumi ini hidup tanpa pernah gagal dan melakukan kesalahan.

Terutama di zaman yang sudah modern dan kebebasan untuk berbicara, orang-orang dengan mudah menyampaikan kalimat hujatan, sindiran atau yang lainnya yang bisa merusak mental seseorang. Merasa dirinya paling baik ketika menghina atau mengkritik orang lain, bahkan dengan mudah menyampaikan hujatannya tanpa mengetahui latar belakang orang yang dihujat. Lantas, apakah kita akan membiarkan cibiran orang-orang tersebut mengganggu pikiran kita? Kemudian menghentikan keputusan yang sudah kita buat dan mengikuti apa kata-kata orang lain. Kalau kamu melakukannya, itu adalah tindakan yang salah dan bisa dibilang tindakan yang bodoh. Saat seperti inilah sikap masa bodoh perlu kamu lakukan, masa bodoh dengan hujatan orang lain dan tetap lanjutkan apa yang menurutmu baik untuk dirimu sendiri. Masa bodoh bukan berarti berhenti peduli tetapi lebih menentukan kapasitas kepedulian, jadi pedulikan apa yang perlu dipedulikan dan abaikan apa yang perlu diabaikan.

Jika kamu hidup berdasarkan apa yang dikatakan oleh orang lain atau masih lebih memikirkan orang lain, maka dipastikan kamu tidak bisa menjadi dirimu sendiri bahkan sulit untuk menemukan kebahagiaanmu sendiri, karena kamu hanya memikirkan bagaimana caranya menyenangkan hati orang lain supaya kamu tidak dibenci. Bukan berarti kita tidak menerima saran dan masukan dari orang lain tetapi lebih bijaklah memilah mana yang baik dan mana yang tidak baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline