Hujan deras yang mengguyur kota Bandung bersanding dengan gemuruh petir, aku terbangun dari tidurku, saat aku membuka mata aku meraih ponsel di tumpukan bantal dan menyalakannya, ternyata jam sudah menunjukan pukul 3 sore,
hari itu aku menyeduh secangkir coklat panas, duduk di atas sofa yang usang sambil membaca novel yang belum selesai aku baca, sambil merasakan dinginnya udara kota Bandung, gemuruh petir mengingatkanku pada kejadian kelam waktu itu, karna kejadian itu aku kini tinggal sendiri tanpa seorangpun yang menemaniku, saat itu ayah bunda dan adik perempuanku mereka kecelakaan saat berjalan pulang menuju rumah, karna hujan yang begitu deras dan petir yang begitu kencang membuat mobil yang mereka tumpangi tergelincir akibat pandangan mata yang buram oleh derasnya hujan tersebut,
mereka semua meninggalkanku hingga aku hidup sendirian, sakit rasanya melihat orang yang tersayang meninggalkan kita untuk selamanya, sisanya aku hanya melanjutkan hidup, orang mengatakan "Aku hidup karna aku masih hidup." Menyedihkan bukan?, mau bagaimanapun itu takdir, takdir yang menyakitkann yang merenggut semua kebahagianku dalam sekejap. Hai namaku Anatasya orang sering menyebut namaku Ana.
Hari ini aku ingin pergi keluar menikmati suasana Bandung di malam hari, mungkin akan terasa dingin karna cuaca di Bandung akhir-akhir ini tidak seperti biasanya akibat hujan yang melanda sepanjang hari, aku keluar dengan menggunakan kaos pendek, sendal jepit berwarna biru, sambil memasang earphone di telingaku "Secukupnya." Lagu yang aku putar, lagu yang di mainkan oleh hindia lagu ini bercerita tentang "Kita boleh sedih tapi secukupnya saja karna hidup terus berputar."
Sama seperti halnya diriku sampai kapan aku harus terus bersedih?, pada akhirnya hidup terus berjalan bukan?, aku tersenyum, berjalan menikmati suasana Bandung di malam hari cahaya lampu menyinari semua sudut Bandung, gemercik air hujan masih terdengar di telingaku aku suka sekali berjalan di bawah air hujan, karna tidak ada seorang pun yang bisa mendengarkanku menangis.
Aku menyadari air hujan yang jatuh ke tubuhku tiba tiba hilang entah kemana perginya, aku berpikir "Apa hujan sudah reda?" Ternyata dugaanku salah, melihat ke sekeliling, lalu melihat keatas kepalaku, payung berwarna hitam menutup penuh tubuhku hingga air hujan tidak bisa menyentuhku, seorang laki-laki berbadan tinggi dengan menggunakan jaket tebalnya berdiri di samping memegang payung hitam dan berkata "Bandung sekarang dingin nanti lo bisa sakit."
Ucapnya aku menjawab " Bukan urusan lo, yang sakit juga gua.", " Keras kepala" Balas lelaki itu, sambil mengayunkan tangan ingin berkenalan dengan perempuan di hadapannya, lelaki itu bertanya"Siapa nama lo?? " Padahal lelaki itu sudah mengetahui nama perempuan dihadapanya, perempuan itu menjawab " Ana." Dengan nada yang sedikit menyentak, lelaki itu menyaut "Gua Nares." Ana hanya melirik tidak berucap apapun "Udah kenalannya gua mau balik." Ucap Ana, Nares mengulurkan tangannya memberi payung hitam itu " Bawa payung gua, hujannya makin deras. "
Dengan hati yang terpaksa karna dinginnya udara memasuki tubuh Ana dia menerima payung yang Nares berikan " Lo gimana?? " Ucap Ana, "Rumah gua dekat sekitaran sini." Ucap Nares, "Besok gua balikin." Balas Ana, Nares hanya berkata "Ya." Di dalam benak hatinya dia berkata "Semoga ini terakhir kalinya dia hujan-hujanan di malam hari."
Karna Nares sudah sering sekali melihat Ana hujan-hujanan di malam hari, sebenarnya Nares ingin bertanya pada perempuan itu kenapa hujan- hujan di malam hari? dan yang membuat nares semakin penasaran karna kelopak mata perempuan itu yang sembab akibat menangis, ahh sudah lahh buat apa juga aku bertanya tentang itu semua. Sesampainya ana di rumahnya dia segera membersihkan badannya, mengganti baju yang basah dengan baju kering, dan melilitkan handuk di rambut basahnya itu akibat air hujan yang mengguyur penuh tubuhnya.
Mata yang sangat sembab akibat menangis lebih dari 3 jam menimbulkan rasa ngantuk, perempuan itu akhirnya tertidur lelap dalam selimut hangat dan kasur yang empuk. Pagi harinya aku terbangun oleh sengatan sinar matahari yang melewati jendela kamar kecilku, saat membuka mata, silau menyergap, aku mengintip jendela seorang lelaki sedang berlari kecil "Sepertinya sedang berolahraga."
Aku memperhatikan lelaki itu lalu aku tersadar itu lelaki yang memberi payung hitam kepadaku tadi malam, dengan rambut acak acakan dan muka yang kusut aku berlari keluar rumah menghampiri lelaki itu dan berteriak "NARESSS PAYUNG LO."