Lihat ke Halaman Asli

Dita Aulia

learner

Bhineka Tunggal Ika dalam Pencegahan Hipertensi di Indonesia

Diperbarui: 5 Juli 2019   02:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kader perempuan Kelurahan Mojo mendukung dan berkomitmen aktif mencegah hipertensi. - dokpri

 

Bhinneka tunggal ika, berbeda tetapi tetap satu. Semboyan ini ternyata bisa diterapkan dalam pencegahan salah satu penyakit tidak menular terbanyak di Indonesia, hipertensi. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat dari 25,8% pada 2013 menjadi 34,1%.

Data National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 2011-2014 menyatakan bahwa 85.7 juta orang dewasa di atas 20 tahun menderita hipertensi dan lebih dari separuhya adalah perempuan. Prevalensi penderita hipertensi wanita meningkat 2x lipat setelah menopause. Selain itu, di beberapa tempat di Indonesia masih terjadi bias gender karena pengaruh budaya.

Hal ini membuat wanita cenderung abai terhadap kondisi kesehatannya, mendahulukan anggota keluarga lain, dan membuat kontrol hipertensi pada perempuan lebih rendah. Kesadaran ini yang mendorong Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) mengadakan kegiatan Pendidikan, Pelatihan, dan Pemberdayaan Kader Perempuan sebagai Upaya Pencegahan Hipertensi di Kelurahan Mojo, Kecamatan Gubeng, Kota Madya Surabaya. Bekerja sama dengan Puskesmas Mojo dan Kelurahan Mojo.

Andrianto, dr., Sp.JP(K) memberi pengarahan kepada kader perempuan Kelurahan Mojo. - dokpri

 

Kegiatan ini salah satunya bertujuan membentuk pola pikir bahwa kader perempuan sebagai golongan yang paling dekat dengan masyarakat bisa berdaya dalam proses pencegahan hipertensi. Menurut Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK Unair, Andrianto, dr., Sp.JP(K), kader perempuan disasar karena memegang peran sentral dalam keluarga. Dengan pemberdayaan perempuan pada umumnya dan kader pada khususnya, diharapkan setiap keluarga mempunyai “dokter keluarga” sendiri.

Kelurahan Mojo dipilih karena merupakan salah satu kecamatan terbesar di Kota Surabaya. Masyarakat di Kelurahan Mojo berjumlah sekitar 51 ribu jiwa yang terdiri dari sekitar 26 ribu orang laki-laki dan 25 ribu orang perempuan. Berdasarkan data Standar Pelayanan Medis Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2018, jumlah hipertensi di Kelurahan Mojo merupakan jumlah tertinggi ke-3 dibandingkan seluruh kelurahan di Kota Surabaya. Meskipun demikian, jumlah cakupan layanan kesehatan penderita hipertensi selama periode bulan Januari-November 2018 hanya 6.43% dari jumlah penderita hipertensi. Sebagai pembanding, angka cakupan layanan hipertensi di Kelurahan Gading sebesar 13,26 % dan di Kelurahan Perak Timur sebesar 21,01%. Dapat disimpulkan bahwa angka cakupan layanan hipertensi di Kelurahan Mojo adalah yang paling rendah.

Acara ini dikonsep sebagai program pencegahan hipertensi secara komprehensif mulai dari pelatihan pengukuran tekanan darah, pelatihan memasak dan penerapan pola makan berdasarkan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), dan penerapan aktivitas fisik untuk pola hidup yang lebih sehat. Dengan pendekatan komprehensif dan melibatkan berbagai pihak terkait, diharapkan acara ini dapat menjadi percontohan di daerah lain dalam program pencegahan hipertensi yang melibatkan masyarakat dan berkesinambungan.

Kegiatan yang pertama dilaksanakan di Balai RW 05 Kelurahan Mojo dan dihadiri oleh 97 kader perempuan Kelurahan Mojo dari berbagai latar belakang profesi, misalnya guru, bidan, pegawai kelurahan, dan ibu rumah tangga. Tokoh masyarakat yang ikut hadir di acara yang digelar pada tanggal 29 Juni 2019 ini adalah Lurah Kelurahan Mojo, Kepala Puskesmas Kelurahan Mojo, dan Ketua Panitia Andrianto, dr., Sp.JP(K) dari Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unair-RSUD dr. Soetomo Surabaya.

Penandatanganan spanduk pernyataan dukungan dan komitmen kader perempuan Keluraha Mojo untuk mencegah hipertensi. - dokpri

 

Acara ini dibuka dengan penandatanganan nota kesepahaman oleh Ketua Panitia, Lurah, Kepala Puskesmas, dan perwakilan kader perempuan Kelurahan Mojo. Nota kesepahaman tersebut menyatakan dukungan dan komitmen kader perempuan Kelurahan Mojo untuk aktif dalam mencegah hipertensi di Kelurahan Mojo. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pemberian materi hipertensi kepada para kader. Selanjutnya, para peserta dibagi menjadi 10 kelompok kecil yang didampingi oleh satu fasilitator. Fasilitator tersebut akan mengajarkan dan melatih ibu kader di kelompoknya cara mengukur tekanan darah yang baik dan benar menggunakan tensimeter air raksa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline