Lihat ke Halaman Asli

Learning Loss di Era Society 5.0 akibat Kurangnya Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi

Diperbarui: 14 Desember 2022   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Seperti yang kita ketahui, saat ini kita Indonesia telah memasuki masa dimana semua dipenuhi dengan kemajuan teknologi yang sering disebut dengan Era Society 5.0. Era Society 5.0 memiliki makna kita telah dihadapkan dengan tingginya persaingan diberbagai sektor yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat, dimana pada masa ini masyarakat dituntut untuk dapat hidup berdampingan dengan teknologi. Mulai dari menguasai serta memanfaatkan teknologi yang ada tersebut dalam kehidupan manusia tidak terkecuali pada bidang pendidikan. Bahkan, anak muda atau remaja saat ini disebut juga sebagai generasi milenial. 

Sebutan ini juga lahir akibat betapa majunya remaja atau anak muda saat ini dalam menguasai teknologi termasuk kemajuan dunia. Tercatat, generasi milenial saat ini menggunakan internet yang merupakan salah satu contoh kemajuan teknologi sampai lebih dari 7 jam sehari. Hal tersebut tentunya bukan waktu yang sedikit bagi generasi muda untuk berselancar menggunakan teknologi.

Tetapi tidak dapat dipungkiri, walaupun penggunaan teknologi khususnya gadget, internet, laptop, sosial media dan yang lain sebagainya merupakan hal yang tidak asing lagi bagi masyarakat saat ini, masih saja terdapat dampak negatif terhadap teknologi ini baik dalam hal penggunaan yang tidak dapat terkontrol atau tidak dapat menggunakan teknologi tersebut dengan tepat. Contohnya dalam bidang pendidikan.

Kemajuan teknologi khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi harusnya dapat menjadikan peluang masyarakat khususnya generasi muda untuk dapat maju, berkembang serta berproses. Nyatanya dalam lingkungan masyarakat, banyak sekali yang belum memahami serta mengimplementasikan Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi. Dalam Literasi Teknologi Infomasi dan Komunikasi, bukan hanya kemampuan mengakses saja, tetapi literasi ini juga meliputi kemampuan kita untuk berfikir kritis dalam mempertanyakan, menganalisis serta mengevaluasi informasi yang telah diterima. 

Dengan kata lain, Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi ini merupakan kemampuan untuk memanfaatkan penggunaan teknologi digital, alat komunikasi serta jaringan untuk dapat menemukan solusi dari permasalahan yang ada. Tetapi nyatanya tidak demikian. Masih banyak masyarakat yang telah mampu menggunakan tetapi tidak dapat memahami lebih lanjut mengenai arti implementasi literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi ini. Lalu apa hubungannya dengan pendidikan?

Pendidikan di Indonesia pada saat ini telah semakin maju, merujuk kembali pada pembaharuan kurikulum yang dilakukan terus menerus dalam artian agar sesuai dengan era atau masa kini hingga dapat melahirkan peserta didik yang cakap dengan kemajuan dunia yang pesat. Tetapi, pembaharuan kurikulum yang mengaharuskan guru serta peserta didik lebih aktif, kritis dan inovatif tidak sedikit malah menyebabkan kemunduran dalam mencapai tujuan pendidikan yang dikenal juga dengan sebutan Learning Loss

Istilah Learning Loss ini memiliki artian kemunduran atau hilangnya pengetahuan serta kemampuan yang merujuk pada akademis seseorang atau peserta didik, yang umumya terjadi karena adanya kesenjangan yang berkepanjangan atau diskontinuitas dalam pendidikan. Learning Loss tentu memiliki resiko jika tidak segara mendapatkan perhatian seperti gangguan dalam tumbuh kembang anak atau perserta didik, tekanan psikologis hingga putus sekolah yang merugikan dan berdampak pada masa depan anak.

Learning Loss dapat terjadi akibat beberapa faktor diantaranya ketika peserta didik tinggal di pedalaman sehingga sulit menuju ke sekolah, peserta didik mengalami suatu hal hingga tidak dapat mengikuti pembelajaran dalam waktu yang lama hingga kegiatan pembelajaran di sekolah yang tidak efektif. Salah satu penyebabnya tidak lain yaitu penerapan Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi yang kurang oleh guru maupun siswanya sendiri.

Perbedaan pada tingkat evolusi kemampuan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi antara old generation dan new generation yang dalam hal ini yaitu guru dan siswa berdampak pada kurangnya efektifitas pembelajaran di sekolah. Guru yang baru dihadapi dengan kemajuan teknologi dalam pembelajaran kurang memahami cara pengimplementasiannya pada kegiatan pembelajaran contohnya kurang penguasaan dalam penggunaan media powerpoint sebagai media pembelajaran, dikusi online serta perangkat pembelajaran yang lainnya sehingga menyebabkan pembelajaran tidak berjalan sebagaimana mestinya. Padahal pada era ini, guru seharusnya dapat menggunakan teknologi untuk mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar.

Learning Loss terparah terjadi ketika pandemi yang telah berlalu baru-baru ini. Banyak siswa yang sulit dalam mengikuti pembelajaran dengan berbagai alasan hingga sampai tidak sedikit siswa yang memilih untuk tidak melanjutkan sekolahnya. Hal ini tentunya berhubungan dengan implementasi Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi yang kurang antara guru serta peserta didik. Dengan kemajuan teknologi seperti sekarang seharusnya pembelajaran jarak jauh semakin mudah dilakukan dengan adanya banyak aplikasi virtual meeting. Tetapi kembali pada penguasaan literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi yang kurang oleh guru maupun perserta didik dalam penggunaan teknologi sebagai bahan ajar membuat Learning Loss atau menurunnya pengetahuan dan keterampilan siswa tidak dapat dihindari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline