Cerita tentang petani, belakangan saya ngerasa eksposur startup yang membantu petani makin menjamur ya. Awalnya saya perhatiin dari kegiatan di perusahaan tempat saya bekerja -perusahaan telekomunikasi- yang salah satu bidang CSR-nya menyediakan inkubator bagi startup-startup pemula.
Ada program yang secara rutin mengadakan kompetisi ide bagi para anak muda untuk mengadu ide mereka dalam menuntaskan masalah lewat startup yang mereka bangun. Nah, salah satu bidang yang saya lihat cukup menonjol adalah bidang agrikultur.
Sayapun coba menggali lebih banyak informasi tentang startup agrikultur.
Di bidang agrikultur, beberapa startup menyoroti persoalan seperti: distribusi hasil tani, modifikasi pengolahan lahan pertanian, dan proses produksi. Khusus untuk proses produksi, salah satunya kita bicara ketersediaan benih.
Bicara lahan produktif, saya tertarik dengan fenomena lahan perkebunan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Cerita ini saya dengar dari seorang field manager salah satu pengelola tani di daerah tersebut. Ternyata di sana ada banyak lahan yang beralih kepemilikan pada korporasi-korporasi besar. Warga kebanyakan hanya menjadi penggarap lahan di tanah mereka sendiri, tapi untuk korporasi tersebut. Mereka menjual lahannya akibat merasa lahan tidak produktif karena sering gagal panen. Setelah ditarik benang merah, ternyata gagal panen di sini disebabkan benih yang berkualitas rendah. Maka pemberdayaan benih berkualitas adalah kuncinya.
Nah, kepikiran gak solusinya gimana?
Balik ke soal startup tadi, jalan keluar yang dipilih adalah dengan membantu dana untuk para petani menghadirkan benih. Dana ini diperoleh dalam bentuk investasi. Salah satu startup yang hadir untuk investasi adalah Tanijoy, berdiri tahun 2017. Mereka memberlakukan kran investasi terbuka bagi publik bisa menanamkan dananya untuk proses produksi petani, untuk kemudian dananya akan kembali pada investor dalam bentuk bagi hasil persen keuntungan setelah hasil tani dijual.
Kita bisa akses informasi dan kerja sama dengan mereka lewat website www.tanijoy.id. Mereka membuka dua peluang bagi pihak yang ingin bekerja sama. Pertama, mencari mitra berupa petani yang memiliki lahan untuk dibiayai. Kedua, tentu aja...investor. Bisa siapa saja, yang percaya dan punya dana pastinya. Ntar tinggal pilih deh komoditas mana yang mau kalian invest. Bisa berdasarkan nominal dana, prediksi presentase return, atau jangka waktu panen.
Startup satu ini memanfatkan lahan dengan komoditas utamanya hortikultura, seperti: cabe, tomat, kentang, brokoli, daun bawang, dan masih banyak lagi.
Saya baru ngeh konsep begini keren juga ya. Secara kan negara kita negara agraris, siapa sih gak mau bantu memajukan pertanian? Tapi ya gimana cara kontribusinya ketika kita gak semua bisa turun langsung ke lahan atau mengurusi proses-proses distribusinya. Nah, investasi ini saya rasa jadi jawabannya.
Selain bisa bantu petani memberdayakan lahannya, saya pikir satu efek positif lainnya adalah bisa jadi sumber passive income buat kita. Tau sendiri kan beberapa dari millenials kayak kita gini butuh nabung tapi butuh lebih dari satu sumber pendapatan. Alternatifnya, kalau gak cari pekerjaan sampingan, ya jalanin investasi begini.