Lihat ke Halaman Asli

Dita Widodo

Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

Sekeping Perjalanan

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Atas perjalanan yang kita tempuh hari ini,
Ijinkanku meletakkan seuntai harap yang sama,
Agar kelak, sejarah kan berulang menghampiri,
Dan kita mampu tuk bertutur dalam keindahan makna di kemudiannya,

Ya, berdua kita menyusuri lorong ibukota,
Jika satu dua mata menyimpan sejuta tanya, biarkanlah..
Menyambangi tembok menjulang nan sepi penuh misteri
Adakah sang penguasa tengah duduk bertahta?
Atau adakah satu celah yang terbuka tuk kita menerobos ke sana?

Bukankah hidup itu memang demikian?
Serupa lorong gelap lagi panjang mengular?
Jika kita tak sedia tuk memasukinya,
Tak satu pun jalan kan terbuka untuk kita menyibak rahasianya

Ketahuilah, sejak hari itu aku telah meyakininya,
Alasan keunggulan manusia karena ia sedia menyimakNya,
"Bacalah...!" Tentu dengan sebenar-benar pemahaman yang nyata
Sebanyak informasi yang tertangkap oleh indera
Dan terolah oleh rasa dan logika

Namun jika langkah kita terhenti di sini,
Tak usah berkecil hati.
Masih ada sisa energi tuk mengulang cerita
Karena bagiku, selama mentari masih meminjamkan sinarnya,
Maka perahu kan tetap berlayar,
Hanya pulau tujuan yang mungkin kan tergeser...

Untuk tujuh menit terindah tenggelamnya surya di ufuk barat,
Kini kunantikan kau dengan senyum selayaknya sahabat
Karena kuingin jalani sebenar-benar mandat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline