Lihat ke Halaman Asli

Dita Widodo

Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

Kekalahan yang Membahagiakan

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

”Mohon maaf, untuk sementara ini kami belum dapat bekerjasama dengan EO Ibu...”

Sebaris sms yang masuk ke handphone saya hari Jumat, 5 September 2012 kemarin telah saya duga kedatangannya.

Sehari sebelumnya, ketua panita kegiatan family gathering sebuah pabrik datang ke kantor kami.

”Saya baru kali ini ditunjuk sebagai panitia. Yang saya tahu, sudah puluhan kali pabrik kami dihandle oleh EO bernama X.  Sebenarnya tak masalah jika semua baik-baik saja, dan tidak ada permainan apapun. Teman-teman sudah lama menaruh curiga, karena angka-angka yang dimasukkan ke dalam anggaran sangatlah tinggi. Harga bus yang seharusnya maksimal Rp. 2jt, diclaim Rp.3,5jt.  Tapi kali ini, karena saya yang dapat busnya, saya bisa dapat harga murah Rp. 1,8jt/unit”

Saya mendengarkan dengan seksama. Meski rasa lelah sepulang dari Bandung hari itu mulai menjalar ke seluruh urat-urat, namun demi menghargai seorang tamu, saya mencoba antusias mendengar ceritanya. Malam itu jarum jam telah menunjukkan angka 22.00 WIB.

Pria muda itu datang sendirian. Dan tentunya saya menerima kehadirannya dengan didampingi oleh seorang rekan bernama Mas Why.

Saya hampir bahagia karena ternyata masih banyak orang-orang yang berniat baik dan lurus sebelum kemudian ia menyambung ucapannya.

“Secara total, harga Ibu sebenarnya sudah masuk anggaran. Namun, orang yang kemarin online di telepon dengan Ibu yang selama ini berkuasa di tempat kami, menitip pesan. Bahwa Ibu hanya diminta memasukkan angka sesuai penawaran awal. Daripada PO diberikan ke tempat lama, sudah banyak orang yang menaruh curiga tadi. Atau lebih jelasnya, Ibu bisa ga mark up sedikit?”.

Yang segera saya jawab dengan penuh penekanan kata ”Angka Rp.32juta-an itu dianggap sedikit?

Okay-lah...sedikit dan banyak itu memang relatif. Tapi perlu saya sampaikan bahwa saya tidak akan melakukannya Mas... Jika untuk memenangkan tender syaratnya harus mark-up, kami ikhlas untuk dikalahkan. Saya percaya bahwa Allah mempunyai jatah rejeki untuk kami. Dan kami hanya akan mengambil pekerjaan-pekerjaan yang enak di hati...”

”Oh....begitu ya.. Teman-teman saya juga bilang bahwa saya pasti hanya dijadikan boneka saja...dan bla...bla...bla”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline