Lihat ke Halaman Asli

Dita Widodo

Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

Pembelajaran Theodore Permadi Rachmat

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1349147301485427849

Bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang adalah hal yang menyenangkan bagi saya. Karena dengan demikian, saya dapat melihat dan mengamati dari dekat, bagaimana orang-orang menempuh perjuangannya masing-masing dalam mencapai sebuah kesuksesan. Saya seperti melihat hilir mudik orang menyulam benang di tangannya...Sedikit demi sedikit, namun menuju sebuah pola yang telah ditentukan oleh pikirannya. Ya kekuatan pikiran itulah yang banyak berpengaruh pada diri seseorang dalam menuju sebuah pencapaian. Lalu mari kita simak cita-cita yang dijadikan slogan hidup seorang T.P. Rachmat. Beliau menggenggam motto hidup yang dipegang tidak hanya sebagai motto pribadi, tapi lebih berfungsi sebagai konstitusi segenap anggota keluarga yaitu less for self, more for others and enough for everyone.menikmati sekedarnya untuk diri sendiri, berbagi sebanyak mungkin kepada orang lain, agar semua umat manusia dapat hidup secara berkecukupan). Ini sangat menarik, karena pastinya bukan hanya saya sendirian yang mempunyai cita-cita menjadi orang yang bermanfaat. Bagi siapapun Anda yang ingin mencapai derajat kemanfaatan itu, di bawah ini adalah dua kisah yang dituliskan di buku Pembelajaran T.P. Rachmat, seorang pengusaha sukses yang layak kita simak untuk tujuan sebagaimana judul buku tersebut ”Pembelajaran” dan ditulis oleh Ekuslie Goestiandi dan Yusi Pareanom . Pembelajaran TP Rachmat, pun sejatinya adalah pembelajaran buat kita semua. Edison dan Edward C Barnes Seorang anak muda bernama Edward C.Barnes, bercita-cita ingin menjadi mitra bisnis sang penemu besar Thomas Alva Edison. Mimpi anak muda ini sepintas tak masuk akal, karena ia adalah seorang awam yang tak mengenal Edison secara pribadi, dan tak punya uang sama sekali. Bahkan untuk mendatangi Edison di New Jersey pun ia harus naik kereta barang. Namun karena tekadnya yang sangat besar, begitu sampai di kantor Edison, ia tak ragu menyatakan keinginannya. Edison, sang penemu tersohor menjadi takjub. Sekalipun penampilan Barnes saat itu mirip gelandangan, tatapan matanya yang menyala-nyala membuat Edison tahu persis bahwa seseorang yang punya tekad kuat seperti Barnes pasti akan sanggup mewujudkan mimpinya di kemudian hari. Maka, tanpa ragu  ia memberikan Barnes kesempatan untuk mewujudkan mimpinya. Tentu saja Barnes tak serta merta diangkat sebagai mitra bisnis. Mula-mula ia bekerja di kantor Edison sebagai pegawai rendahan. Hingga suatu hari, kesempatan emas itu datang dan tak sedikitpun Barnes menyia-nyiakannya. Saat itu Edison baru bisa merampungkan temuan barunya, yakni peralatan kantor bernama Edison Dictating Machine ( Ediphone). Di luar dugaan, para sales tak terlalu antusias menyambut kehadiran perangkat baru itu. Mereka merasa bahawa perlu usaha ekstra keras untuk mempromosikan dan membuat perangkat tersebut laku di jual. Sebaliknya, diam-diam Barnes yakin bahwa ia bisa menjual alat itu. Ia pun mengutarakan niatnya kepada Edison untuk beralih profesi menjadi salesman dan meminta kesempatan memasarkannya. Dan sejarah mencatat bahwa ia berhasil melakukannya. Bahkan karena ia bisa menjual dengan jumlah yang sangat besar, Edison kemudian memberi kontrak untuk mendistribusikannya dan memasarkan alat-alatnya di seluruh Amerika Serikat. Kemitraan yang berjalan sampai tiga puluh tahun itu melahirkan slogan ”Made by Edison, Installed by Barnes ( dibuat oleh Edison, dan dirakit oleh Barnes). Barnes yang datang sebagai pemuda miskin akhirnya berhasil menjadi mitra Edison dan menjadi pengusaha kaya raya. Isi pikirannya yang menjulang tinggi dan semangat yang berkobar-kobar telah melahirkan keteguhan hati untuk terus mengejar cita-citanya hingga ia benar-benar meraihnya. R.U Darby - Founder Perusahaan Asuransi Setelah Barnes, marilah kita tinjau kisah lainnya. Sewaktu Amerika Serikat sedang dilanda demam emas pada abad ke 19, seorang pemuda datang ke Negara Colorado untuk mengadu nasib. Beruntung hanya dalam beberapa hari pertama ia sudah menemukan bijih emas dalam jumlah besar. Tambangnya mulai disebut-sebut sebagai salah satu lahan dengan prospek paling bagus. Tentu saja optimisme ini menimbulkan semangat baru sehingga si penambang kemudian mendatangkan mesin-mesin pengeboran baru. Mesin itu dibeli oleh keponakannya yang bernama R.U Darby yang selanjutnya ia jadikan kongsi/rekan usaha. Darby sendiri membeli mesin itu dengan berhutang kepada tetangga kanan-kirinya. Namun malang, setelah beberapa pekan dilakukan pengeboran, jalur emas yang semula begitu menjanjikan ternyata tak menampakkan wujudnya. Dengan putus asa, Darby dan pamannya menghentikan usaha pengeboran itu. Mereka memutuskan meninggalkan lahan pengeboran dan menjual mesinnya kepada pedagang besi tua dan selanjutnya naik kereta api untuk kembali ke kampung halaman. Kebanyakan, pedangan besi rongsokan bukanlah orang yang cerdas, namun tidak untuk pedagang satu ini. Ia mengundang seorang insinyur pertambangan untuk meninjau lahan  pertambangan itu, dan selanjutnya melakukan kajian ilmiah. Ternyata hasil penelitian itu menunjukkan bahwa hanya sekitar 1 meter dari titik pengeboran berhenti, bijih emas dalam  jumlah yang sangat banyak dengan kandungan yang sangat kaya menunggu untuk dikeruk. Darby dan pamannya tak berpengalaman dalam dunia pertambangan sehingga mudah menyerah. Sementara si pedangang besi tua menangguk banyak untung karena ia mencari ahli di bidangnya untuk membantunya yaitu si insiyur pertambangan tadi. Sang keponakan, R.U. Darby boleh saja mendapat sial dari usaha tambangnya. Namun dengan pembelajaran mahal yang didapatkannya, di kemudian hari ia berhasil membangun bisnis asuransi jiwa bernilai jutaan dollar. Tentang hal itu Darby sering berujar ”Aku memang berhenti satu meter dari tumpukan emas, tapi aku tak akan pernah berhenti hanya karena seseorang berkata ’tidak’ saat aku menawarkan polis asuransi” Kesimpulannya adalah, tak ada sukses yang datang seketika dan sekali jalan. Sebelum meraihnya, akan banyak kegagalan sementara yang menghadang di jalan. Ketika kegagalan ditemui, umumnya manusia mudah memutuskan untuk berhenti dan mundur. Namun orang sukses tak akan menyerah sampai ia berhasil meraih cita-citanya, harapan dan impiannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline