Lihat ke Halaman Asli

Dita Widodo

Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

Kado Kecil untuk Negeriku

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13461977491063028137

KELAS BEBAS TANPA BATAS

Edisi Pertama

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang.

“Menulis adalah Bekerja untuk Keabadian”

Kumpulan catatan ini telah mengudara di dunia maya beberapa bulan terakhir. Keunikannya adalah, sumber atau si penulis ternyata orang biasa dengan bekal ilmu seadanya. Bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Bukan seorang tokoh yang track record dan prestasinya telah bisa dijadikan contoh atau teladan.

Bukan pula seorang cerdik cendekiawan sehingga ia telah menjadi kamus berjalan yang layak menjadi referensi di setiap kesempatan. Bukan dari seorang maha guru, begawan, atau budayawan yang mempunyai kebijaksanaan tingkat tinggi nan teruji dari waktu ke waktu.

Ya, catatan ini adalah catatan seorang murid yang sedang belajar.

Ia sedang mencari kawan dan sahabat seperjuangan. Yang berkenan untuk dapat saling menguatkan dalam menempuh sebuah Universitas Kehidupan.

Blog yang saya beri nama : Kelas Bebas Tanpa Batas di ditawidodo.wordpress.com juga adalah sebuah ruang di dunia maya sebagai media Belajar dan Berbagi.

Porsinya tentunya lebih banyak sebagai media BELAJAR, karena masih sedikit yang bisa di-BAGI-kan....:)

Sebagian besar tulisan juga saya upload di www.kompasiana.com/dita.widodo, masih dalam rangka memperluas teman-teman belajar.

Harapan saya adalah, catatan-catatan ini akan dapat menggugah semangat, mengecharge baterai, meniupkan angin segar dan menyuntikkan energi positif dari waktu ke waktu. Semoga cukup efektif juga sebagai pengusir malas, penghalau kesedihan dan keresahan.

Buat penulisnya, dan tentunya bagi teman-teman di kelas ini...

Booklet hard copy ini kupersembahkan buat negeriku yang akan berulangtahun di tanggal 17 Agustus 2012 mendatang.

DIRGAHAYU INDONESIA-ku!

Kado kecil nan sederhana ini semoga bisa membuatmu sedikit tersenyum menatapku...:)

Berharap ada beberapa teman perjalanan yang belum berkesempatan menjelajah dunia maya yang berkenan bergabung di Kelas Bebas Tanpa Batas ini.

Tak lupa, terimakasih buat Pwd & Mutia – Sahabat Terbaikku di dunia nyata ;)

Semoga selalu bisa menyumbangkan ide-ide segar untuk diolah menjadi tulisan yang menyegarkan juga...:)

Kritik dan saran sangat diperlukan untuk segala perbaikan, memperkecil kesalahan, dan mengembangkan ide, kreasi, inovasi tulisan-tulisan berikutnya.

Naaaah...di sini KOTAK SARAN-nya : dita.widodo@gmail.com.

HBR, 14 Agustus 2012

Dita Widodo

Itulah sebuah pengantar booklet yang saya cetak 2 hari lalu. Booklet setebal 312 halaman adalah kumpulan catatan yang selama ini saya tayangkan di blog ber-tagline Kelas Bebas Tanpa Batas dan di sebuah ruang kelas bernama www.kompasiana.com/dita.widodo.

Booklet ini hanya diperbanyak dengan fotocopy ukuran A5 dengan jilid spiral kawat. Sangat minimalis dan sederhana memang.

Karena berkejaran dengan berbagai hal terkait persiapan mudik lebaran dan penyelesaian beberapa pekerjaan lain, pengumpulan artikel baru dilakukan di Selasa sore, 14 Agustus 2012 hingga jam 23.30.

Dan malam itu juga ditemani Pwd dan Mutia, soft copy file saya bawa ke kawasan Rawamangun untuk diperbanyak dan dijilid. Tepat jam 02.30 dini hari kami baru tiba di rumah kembali.

Mungkin ide ini terbilang mengada-ada atau bahkan terdengar gila buat orang lain. Buat apa bela-belain begadang hanya untuk kumpulan tulisan sederhana? Atau....seberapa penting bagi-bagi foto copyan catatan yang belum tentu berguna buat orang lain?

Penting dan tidak penting hanyalah sebuah sudut pandang belaka. Dan saya menjadikan momen 17 Agustus sebagai saat-saat penting mengingat begitu besar nilai kesejarahan atas kemerdekaan bangsa ini. Jika tahun-tahun sebelumnya hanya sebatas mengikuti upacara bendera di televisi dan mengibarkan sang merah putih di halaman seminggu sebelumnya, kini saya ingin membuat sesuatu yang sedikit berbeda.

Maka kuputuskan untuk membuat booklet catatan sebagai sebuah kado kecil di HUT RI yang ke 67.

Alhamdulillah tukang fotocopy itu berkenan mengantarkan hasilnya ke rumah esok hari. Satu pekerjaan dan keribetan untuk mengambil terpangkas tentunya :)

Esoknya, satu booklet saya berikan pada Mas Puji Raharjo, kakak yang kebetulan datang menyampaikan titipan buat orang tua, karena ia tidak mudik kali ini.

"Mas, saya bikin buku sederhana nih ...sebenarnya belum layak disebut buku, karena masih berupa kumpulan fotocopy-an catatan yang saya jilid.

Pertama, ini adalah kado merah-putih buat dirgahayu RI.

Kedua, mohon saran dan kritik ya...karena ini tayang sebelum sempat cari editor..Awalnya sih pengen bisa buat buku yang cantik, penuh ilustrasi yang bisa mempertajam topik bahasan. Indah dilihat, enak dibaca. Tapi karena sampai detik terakhir menjelang 17-an ini belum terealisasi, ya sudahlah. Seadanya saja. Sejauh tangan mampu meraih beneran ini...he he he..

Berharap buku atau booklet ini dapat jadi oleh-oleh  dan tanda mata buat saudara dan teman-teman dekat di momen lebaran di kampung nanti:):)" demikian kalimat pengantar saya saat menyerahkannya.

"Sipplah...ga apa2 sederhana, yang penting berani menayangkan, dan terlebih penting adalah niatnya." sahut kakakku menyemangati.

"Ya,..semoga sih pesannya sampai. Selain berbagai virus semangat dan pembelajaran yang ingin kusebarkan, aku mau sampaikan bahwa untuk bisa menulis atau membuat buku, seseorang tak perlu harus menunggu jadi hebat dulu. Jadi pintar dulu, jadi tokoh terkenal, dst dll. Semua orang memiliki gagasan, ide dan cara belajar khas dirinya yang mungkin akan berguna bagi orang lain yang menyimaknya. Jika kita pernah terperosok di sebuah lubang dan masalah, bukankah kita tak berharap orang lain tertimpa masalah serupa...? Atau jika ada sebuah pencapaian yang bisa diraih, bukankah akan lebih menyenangkan jika orang lain juga bisa mencapainya juga bahkan bisa lebih baik lagi..?" demikian kusampaikan harapan-harapanku dengan antusias...

Tepat jam 01.00 dini hari kami pun berangkat mudik seperti rencana. Sebuah strategi mengurangi resiko terjebak kemacetan karena berangkat di jam yang kurang lumrah. Kuprediksikan orang lain akan berangkat sehabis atau menjelang waktu sahur, jika tidak di pagi hari saat matahari telah menyapa..:)

Strategi tersebut cukup menolong rupanya ...meski tetap menemui kemacetan, tapi tak separah yang kami temui di tahun sebelumnya...

Di tengah perjalanan, sebuah sms masuk ke handphone . Rupanya dari Mas Puji  "Gila baca bukumu..!Setelah shalat Dhuhur di masjid, aku tadarus kira-kira setengah jus, 25 menitan, ngantuk. Eh ambil bukumu, masa sampai jam 14.35 masih baca dan gak ngantuk..."

Tentu saja saya tertawa senang membaca testimoni lucunya....Kusampaikan pada Pwd "Alhamdulillah...tulisanku dah bisa buat obat ngantuk Pak...yaah lumayan kaleee"

Dan kami pun riuh tertawa membayangkan kakak kami tersenyum-senyum sendiri."Kalau senyum sendiri itu berarti yang gila yang mana ya...he he he..."

Berharap ada senyum dan tawa lain yang akan tercipta bagi siapa saja yang sempat membacanya. Semoga buku sederhana itu kan turut mewarnai hari-hari. Dengan segenap energi positif, semangat juang, semangat berbagi, serta semangat belajar untuk terus berbenah diri. Semoga dengan gemar menata alur pikiran, rajin bergembira, dan memperbanyak membaca dan menulis...hidup yang sulit akan terasa lebih mudah...:)

Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline