Lihat ke Halaman Asli

Dita Widodo

Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

Luka Diabetes Dapat Terobati tanpa Operasi

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_312577" align="aligncenter" width="271" caption="Sannel - Obat Luka Diabet / Gangren"][/caption] Bak kapilerisasi air, semangat pun demikian. Mungkin tanpa terasa, tahu-tahu semangat itu telah bersarang di kepala dan hati ketika kita berkumpul dengan mereka yang memiliki semangat tinggi dengan segenap keyakinan yang digenggamnya. Demikian pun ketika saya berkumpul dengan team The Green Coco Island yang sungguh terlihat berenergi. Beberapa anak muda yang sebagian mahasiswa APP – Akademi Pimpinan Perusahaan dimana Pak Wisnu Gardjito mengabdikan diri sebagai dosen pengajar di sana terlihat hilir mudik menyiapkan produksi. Sebagian produksi tepatnya, karena produksi memang disebar ke beberapa tempat. Kelak, produksi akan difokuskan ke daerah sebagaimana misi yang telah dicanangkannya. “Ini Sannel untuk obat kulit. Pernah tahu orang sakit diabet dan jaringan kulitnya rusak? Biasa disebut gangren? Nah, oleskan Sannel ini di permukaan lukanya. InsyaAllah tidak sampai seminggu lukanya akan kering.” Demikian Ibu Vipi, penanggungjawab produksi menjelaskan. “Saya memang tidak sepakat dengan yang namanya potong memotong organ tubuh. Kalau ada bagian tubuh yang sakit, yang rusak, ya harus diperbaiki, diobati. Bukan dengan dipotong. Memang ada banyak perbedaan pengobatan kedokteran timur dan barat. Jika kita bicara obat herbal, memang kita akan mengobati dari sebab lukanya. Dan berpedoman bahwa satu anggota tubuh yang sakit tidak berarti mengorbankan anggota tubuh lainnya. Salah satu dokter yang mendukung pengembangan The Green Coco Island adalah dr. Sukarto yang sudah memperlakukan saya sebagaimana anak sendiri. Beliau adalah dokter pribadi Alm. Pak Harto. Usianya 80 tahun, tapi masih segar bugar. Masih bisa kesana kemari dengan gesit. Di belakang rumah beliau ditanami aneka tumbuhan herbal. Istri beliau adalah ketua perserikatan jamu gendong seluruh Indonesia” Demikian Pak Wisnu bertutur dengan renyahnya. “Wah, saya pikir ini penemuan mengagumkan Pak. Terlambat saya bertemu Bapak berarti. Belum lama ayah teman saya harus diamputasi jari kakinya karena luka diabet yang tak kunjung kering. Berharap lebih banyak orang lain yang akan terhindar dari amputasi-amputasi serupa…” Bayangan jari kaki ayah sahabat saya yang hitam bak ranting kering pun kembali mengambang di pelupuk mata. Bukan keputusan yang mudah untuk kehilangan meski satu jari saja pastinya. Tapi saat dokter mengatakan bahwa pertaruhan nyawa adalah pilihannya, maka mimpi buruk itu harus diterima dengan sepenuh kesabaran bagi pasien maupun keluarga. Dan akhirnya merelakan dipangkasnya satu jari kaki yang kering sebagai penyelamatan jiwa yang begitu berharga, demikian hal yang diyakininya. “Iya semoga bisa membantu memberikan solusi untuk mereka. Tapi yang kadang sulit adalah, kepercayaan pasien lebih besar kepada dokter dibanding pada peneliti seperti saya. Itu kenapa obat seperti ini tidak akan kita promosikan secara besar-besaran di media. Butuh edukasi yang baik untuk dapat memberikan keyakinan bahwa Allah sudah menyediakan obat-obatan di sekitar kita. Dengan ilmu itu kita bisa menggunakannya sebesar-besar manfaat pada umat manusia…” Kalimat yang mengalir jernih itu sungguh dapat tertangkap ketulusannya oleh indera pendengarnya. “Tapi ngomong-ngomong ini di kemasannya juga tertulis ; mengobati biang keringat, panu, kadas, kutu air, biang keringat, luka bakar, bisul, cacar dan penyakit kulit lainnya. Obat anti gigitan nyamuk dan serangga, serta mengeringkan luka diabetes. Memangnya bisa untuk segala macam penyakit itu?” saya penasaran dengan manfaat yang sederet panjangnya itu. “Iya, benar. Bahkan jika Anda sakit gigi, cukup disemprotkan di kapas dan dioleskan ke gigi yang sakit, InsyaAllah tidak sampai ½ jam sudah akan hilang sakitnya. Heran? Hehehehe…Itulah… Dan ini aman digunakan dari bayi hingga usia senja. Saya telah melakukan serangkaian uji coba klinis yang saya ambil ilmunya dari berbagai jurnal lokal maupun asing.” Jawab beliau mantap. Saya tentu tidak akan mudah percaya jika bukan pakarnya sendiri yang berbicara. Sepulang dari rumah inspirasi itu, saya membawa beberapa produk yang jujur saja ‘ingin saya buktikan sendiri’ sebelum saya membagikannya pada semua orang yang membutuhkan. Seperti menantang untuk diuji, sehari kemudian punggung bagian atas saya terasa gatal. Entah semut darimana yang ‘jahil’ menyelinap masuk ke sana. Dan beberapa menit setelah saya oleskan Sannel, gatal itu telah sirna sempurna. Juga biang keringat yang melanda anak sahabat saya telah sembuh 3 hari setelah pemakaian Sannel. Saya memang belum bertemu dengan pasien yang terkena luka diabet. Siapa pun Anda yang memiliki sahabat/keluarga, dan orang-orang yang Anda sayangi terancam amputasi akibat luka diabet, saya sangat mengajurkan Anda untuk mengunjungihttp://thegreencocoisland.net/, atau jika perlu memerlukan info lebih lanjut, silakan inbox dan saya akan berikan info kontaknya. Jika Anda berminat untuk melihat mesin-mesin yang digunakan dalam produksi The Green Coco Island, Anda bisa mengunjungi pameran “Gelar Tekhnologi” di Departemen Pertanian – Ragunan, 1 Maret 2014 mendatang. Semoga informasi ini cukup bermanfaat, bukan sekadar satu-dua orang terobati dengan tanpa harus mengeluarkan biaya beratus-ratus ribu. Namun kemajuan gerak The Green Coco Island adalah kemenangan kita bersama dalam upaya meningkatkan kemandirian ekonomi negeri tercinta ini. Semangatt pagi…! :) PS : Ulasan sebelumnya : http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/02/17/akhirnya-sinus-saya-terobati-635838.html




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline