Lihat ke Halaman Asli

Dita Widodo

Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

Lajang dan Misi Besar Sebuah Pernikahan

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial. Dan mendapatkan teman hidup melalui pernikahan adalah sebuah kebutuhan setiap insan.

Lahir, jodoh dan mati adalah mutlak di tangan Tuhan. Demikian banyak orang menggenggam sebuah keyakinan. Tak ada yang mampu mengubah takdir kecuali satu, kebaikan. Demikian sebagian menyimpulkan. Berbagai analisa terkait jodoh pun terus bergulir di muka bumi ini.

Miliaran pasangan telah dipertemukan Tuhan dengan cara yang selalu unik untuk dikisahkan kembali suatu hari.

Ada cinta pandangan pertama dan dengan jalan yang berputar kemudian dihimpunNya di hari yang digariskanNya. Ada banyak proses taaruf yang dilalui hingga akhirnya mendapatkan belahan jiwa. Dan pertemuan-pertemuan tak direncana pun kadang menjadi ajang tanganNya mempersatukan dua pribadi yang berbeda menjadi keluarga bahagia. Pertemuan ini bisa di dunia nyata atau pun maya seiring dengan perkembangan jaman yang bergerak demikian cepatnya.

Lalu bagaimana dengan mereka yang masih lajang hingga usia dewasa pun terlewati sudah? Sebagaimana gerakan yang diprakarsai Pak Mario Teguh, saya pribadi juga lebih sepakat dengan pembiasaan kata ‘lajang’ dibandingkan istilah ‘jomblo’ yang marak digunakan.  Lajang terdengar lebih bermartabat, lebih memuliakan manusia.

Setiap pribadi memiliki pengalamannya sendiri-sendiri. Tidak bisa disamakan antara satu dengan lainnya. Termasuk mengapa seseorang saat ini masih berstatus lajang sementara teman seusianya mungkin sudah berkeluarga semua.

Dan berikut ini adalah sekadar alasan-alasan yang mungkin menjadi latar belakang kenapa seseorang masih belum menemukan pendamping hidup.

1. Alasan pribadi yang tak bisa dipublikasikan ;

Sebuah gangguan kesehatan yang menjadikannya memilih hidup sendiri, dan tak yakin/tak mau berbagi beban dengan pihak lain.

2. Patah hati

Bagi mereka yang meyakini bahwa hidup adalah ujian demi ujian, mungkin tidak akan membiarkan diri tenggelam dalam kesedihan yang panjang. Cinta memang unik, sekali seseorang jatuh hati, mungkin merasa bahwa itulah terakhir kali. Demikian dasyatnya hingga ketika terluka pun membutuhkan durasi amat panjang untuk menyembuhkannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline