Lihat ke Halaman Asli

Bagaimanakah Perkembangan Emosi Anak?

Diperbarui: 20 Mei 2016   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pada masa perkembangan kanak-kanak pertengahan akhir anak akan mengalami banyak perkembangan meskipun tidak terlalu mencolok seperti dulu ketika dia bayi menuju ke anak-anak. Tapi ketika dia sudah mulai tumbuh sampai ke masa kanak-kanak perkembangannya tidak terlalu terlihat. Dan yang berkembang bukan hanya fisiknya saja tapi juga emosinya sudah mulai berkembang. 

Dia mulai mampu mengekspresikan apa yang dia rasakan. Ketika dia bahagia dia akan tersenyum dan dia akan murung ketika dia merasa sedih. Dan dia akan menyendiri jika dia sedang merasa sedih, tapi sebagai orang tua harus bisa memerhatikan hal kecil yang kadang tidak terlihat. Dan orang tua harus mampu membagi waktunya untuk mendengarkan cerita anak tentang apa yang sudah dikerjakan dia seharian tanpa orang tuanya. Dan setiap kali ada kesempatan orang tua harus mendengarkan kisah anak. 

Jadi anak bisa tahu apa yang sedang dialami anak tersebut. Jangan sampai anak merasa tidak punya teman karena orang tuanya sibuk dengan pekerjaan. Sehingga orang tua harus menjadi sahabat, teman untuk anaknya, karena jika anak sudah merasa tidak memiliki teman biasanya dia akan suka menyendiri dan tidak mau bersosial dengan lingkungannya. 

Dan itu akan memperlambat emosi anak, karena emosi anak bisa berkembang dengan anak melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar. Dan dia akan menjadi anak yang kuper tidak mau bergaul dengan teman sebayanya.

Pada masa perkembangan emosinya dia akan mengalami hal-hal:

1. Peningkatan pemahaman emosi. Emosi anak akan meningkat ketika anak mulai sekolah dasar, dia akan memperlihatkan perkembangan kemampuan dalam memahami emosi, seperti ketika dia lagi merasa senang. Dan emosi anak akan berkurang berkaitan dengan reaksi orang lain.

2. Meningkatkan pemahaman bahwa dalam sebuah situasi kita dapat mengalami lebih dari satu emosi. Dan anak akan mengalami rasa senang dan sedih secara bersamaan.

3. Meningkatkan kecenderungan untuk lebih menyadari kejadian-kejadian yang menyebabkan reaksi emosi. Dia akan merasa sedih ketika ditinggal ayahnya pergi keluar kota.

4. Meningkatnya kemampuan untuk menekan atau mengungkapkan reaksi-reaksi emosi. Dia akan belajar untuk meredam kemarahannya terhadap apa yang membuat dia marah.

5. Menggunakan strategi inisiatif diri untuk mengarahkan kembali perasaan-perasaan. Saat ini dia mampu menggunakan strategi untuk mengola emosinya.

6. Kapasitas untuk berempati secara tulus. Dia akan sedih jika melihat sahabatnya sedih karena pada masa ini anak sudah mampu berempati terhadap lingkungan sekitar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline