Lihat ke Halaman Asli

Jerapah Dibunuh Atas Nama Ilmu Pengetahuan

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1392085763217049805

[caption id="attachment_321872" align="aligncenter" width="550" caption="Marius, Jerapah Kebun Binatang Copenhagen, Denmark ditembak dengan alasan pemuliaan hewan. (KOMPAS.com)"][/caption]

Marius adalah jerapah muda yang kematiannya ditentukan manusia. Jerapah itu dipotong-potong setelah ditembak mati demi alasan pemuliaan genetik. Pihak kebun binatang Kopenhagen, Denmark ngotot membunuh Marius karena jika Marius dibiarkan hidup dikhawatirkan akan terjadi inbreeding (perkawinan sedarah). Ini dapat berakibat keturunannya menjadi tidak sehat. Seperti itulah pemahaman mereka berdasarkan disiplin biologi yang mereka pelajari dari bangku sekolah.

Bangkai yang sudah dipotong-potong dengan disaksikan pengunjung kebun binatang, termasuk anak-anak itu kemudian diumpankan ke singa. Mereka tak mau menyia-nyiakan daging seberat 200 kg itu.

Lazimnya pembunuhan binatang yang divonis mati karena berbagai alasan, misalnya membahayakan manusia, dilakukan dengan disuntik mati. Tetapi itu tidak dilakukan. Menurut pihak Kebun Binatang Kopenhagen yang diwakili Bengt Holst, direktur ilmiah di Kebun Binatang Kopenhagen, hal itu dilakukan karena mencegah pencemaran pada daging yang kemudian akan menjadi makanan untuk peliharaan lain di kebun binatang itu. "Dalam hal ini kami tidak akan membuang 200 kilogram daging," kata Holst (Kompas.com, Senin, 10 Februari 2014).

Akibat menjadi budak ilmu pengetahuan

Pembunuhan Marius, jerapah muda yang berada dalam keadaan sehat sesungguhnya mencerminkan manusia telah diperbudak oleh ilmu pengetahuan. Teori tentang inbreeding lebih diutamakan daripada nyawa makhluk hidup ciptaan Tuhan.

Penelitian-penelitian biologi menghasilkan temuan bahwa hewan yang melakukan kawin sedarah menghasilkan keturunan yang tidak sehat. Namun, hal itu tidak pasti. Banyak hewan yang inbreeding anaknya tak kalah sehat dan normal daripada induknya.

Manusia telah merebut vonis mati dari Tuhan akibat akalnya mencerna sesuatu yang dihasilkan dari hasil pemikirannya menjadi keniscayaan. Manusia tidak menyukai kenisbian. Perlahan tetapi pasti manusia berusaha terus menguak kenisbian dalam bentuk misteri menjadi hal yang terang-benderang dan niscaya. Semakin banyak keniscayaan, manusia akan semakin bangga. Lalu, mereka menyebutnya sebagai kemajuan peradaban. Keniscayaan akan terus berperang melawan kenisbian.

Sebenarnya pernyataan Holst dari pihak kebun binatang tidaklah konsisten. Misalnya, ketia ia menyatakan bahwa usaha mempertahankan agar Marius tetap hidup yang menjadi haknya akan merugikan jerapah-jerapah lain yang dijaga kemuliaannya, dan kebun binatang lain bersedia menampung Marius, pihak kebun binatang Kopenhagen menolaknya.

Demikian pula ketika ada solusi dengan mensterilkan Marius sehingga ia tetap dapat menikmati haknya tanpa menghasilkan keturunan yang tidak sehat, usulan ini juga ditolak. Kebun binatang lebih memilih daging 200 kg daripada menyelamatkan hidup Marius.

Marius dibunuh oleh pihak semestinya bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan kesejahteraannya karena telah merampas kehidupan jerapah di alam bebas. Seharusnya jerapah itu dapat tetap hidup kalau tidak ditangkap dan dikurung di kebun binatang.

Kebun binatang adalah kesalahan mendasar yang dimaklumi

Hakikatnya manusia yang bernurani akan memperlakukan kehidupan binatang tanpa mengusiknya di kehidupan alam bebas. Sebagai sesama makhluk yang sama-sama punya hak hidup, binatang—terutama binatang bukan ternak dan binatang terancam punah—dibiarkan hidup di habitatnya. Cara manusia menghormatinya cukup dengan membiarkan mereka menjalani kehidupannya tanpa campur tangan.

Menangkap binatang untuk kemudian dikurung di kebun binatang sebetulnya merupakan tindakan merampas kehidupan satwa. Namun, karena tujuan yang “baik” yaitu menjadikannya sebagai alat pendidikan, kebun binatang dapat dimaklumi oleh sebagian besar manusia.

Seiring dengan niat menjadikan binatang sebagai media pendidikan itu tersimpan hasrat lain manusia, yakni motif ekonomi dan kesenangan. Kebun binatang dipakai sebagai mesin pencari uang dari penjualan tiket masuk. Kesenangan bawah sadar manusia untuk berkuasa terhadap alam juga menyertai dibangunnya kebun binatang.

Beberapa pihak ingin “menebus” dosa itu dengan membuatkan kesepakatan sebagai syarat dibolehkannya kebun binatang agar terlihat lebih manusiawi, yaitu dengan menerapkan kesejahteraan hewan, yang mengharuskan bahwa hewan memerlukan kebebasan untuk “berdiri, berbaring, berbalik, mengurus diri sendiri dan meregangkan kaki mereka”. Pedoman ini kemudian berlaku dan dikenal sebagai lima kebebasan dalam kesejahteraan hewan yang berkaitan dengan dunia hewan:

·Kebebasan dari rasa haus dan lapar - dengan akses siap untuk air segar dan makanan untuk menjaga kesehatan dan kekuatan sepenuhnya.

·Kebebasan dari ketidaknyamanan - dengan menyediakan lingkungan yang sesuai termasuk tempat tinggal dan tempat istirahat yang nyaman.

·Kebebasan dari rasa sakit, cedera, dan penyakit - dengan pencegahan atau diagnosis cepat dan perawatan.

·Kebebasan untuk mengekspresikan perilaku paling normal - dengan menyediakan ruang, fasilitas yang tepat yang memadai dan teman yang sejenis binatang itu sendiri.

·Kebebasan dari rasa takut dan tertekan - dengan memastikan kondisi dan perlakuan yang menghindari penderitaan mental (tulisan saya di http://www.duniafauna.tk/2013/06/pengertian-kesejahteraan-hewan.html )

Terkait dengan kasus Marius yang dibunuh tersebut, jelas kebun binatang Kopenhagen telah mengingkari kesepakatan tentang kesejahteraan hewan. Bukannya mereka memberikan kesejahteraan di tempatnya dikurung, malahan mereka membunuhnya.

Adalah hal yang mengherankan bahwa kebun binatang Kopenhagen sudah merampas jerapah dari kehidupan di alam bebas kemudian tetapi setelah itu dibunuhnya. Kebun binatang seharusnya bertanggung jawab atas semua binatang yang menghuni di situ.

Selamat jalan, Marius. Engkau adalah korban kejumawaan manusia yang sudah diperhamba ilmu pengetahuan sekaligus merasa sebagai pemegang vonis atas kehidupan bangsamu, bangsa binatang.<<>>

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline