Lihat ke Halaman Asli

Dismas Kwirinus

-Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Mengenal Upacara Penyembuhan Orang Sakit, Cara Orang Dayak Menghargai Kehidupan

Diperbarui: 21 Januari 2021   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Upacara penyembuhan orang sakit dipimpin oleh seorang atau beberapa belian. (Sumber: warisandayak.blogspot.com).

Tradisi penyembuhan orang sakit tidak hanya terdapat pada suku Dayak, hampir semua suku di belahan bumi Indonesia ada tradisi penyembuhan orang sakit. Hanya saja bentuk dan cara pelaksanaannya beraneka ragam. Itulah keunikan Indonesia.

Dalam artikel saya terdahulu, saya menulis tentang upacara padi pada suku Dayak Kantu'. Artikel kali ini akan mengulas seputar upacara penyembuhan orang sakit. Akan tetapi sebelum saya mengulas upacara tersebut, saya akan mengenalkan salah satu upacara besar di kalangan suku Dayak, yaitu upacara gawai.

Upacara gawai adalah salah satu upacara yang besar di kalangan suku Dayak. Upacara gawai timbul karena orang memenuhi janji yang pernah ia ucapkan kepada Yang Tertinggi atau karena masyarakat ingin membersihkan kampung dari segala 'dosa' dan kesalahan yang telah membawa bencana serta malapetaka bagi seluruh isi kampung.

Jika suatu malapetaka telah menimpa kampung, maka pada tahun itu juga orang mutlak harus mengadakan upacara gawai. Kecuali upacara gawai itu berhubungan dengan suatu janji atau nazar, masih bisa ditunda apabila orang yang mengadakannya belum mempunyai cukup biaya karena memang adatnya cukup besar.

Upacara gawai ini melibatkan seluruh warga kampung lain, bahkan mengundang tamu-tamu dari daerah lain. Upacara dipimpin oleh kepala adat atau temenggung adat.

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain: sebuah patung besar dan patung kecil sebanyak jumlah penghuni kampung yang mengadakan upacara, binatang-binatang kurban dan minuman tuak. Selesai upacara pembersihan kampung diteruskan dengan pesta gawai yang berlangsung kadang-kadang sampai tiga hari tiga malam.

Pesta gawai ini menjadi kegemaran bagi anak muda, karena mereka bisa bergembira bersama, bernyanyi dan menari sambil menikmati minuman tuak (minuman khas Kalimantan) yang dapat memabukkan apabila dikonsumsi dalam jumlah banyak.

Upacara gawai dewasa ini oleh sebagian orang hanya dilihan sebagai pesta gawai biasa. Upacara gawai menjadi kehilangan intensi utamanya, yaitu untuk memohon kepada Petara bagi keselamatan kampung atau bersyukur kepada Petara atas keselamatan kampung.

Upacara lain lagi yang cukup menarik ialah upacara yang berhubungan dengan kekuatan supranatural (kekuatan gaib), yakni upacara penyembuhan orang sakit. 

Upacara ini biasanya disebut upacara belian di Kabupaten Sintang; upacara bedukun di Kabupaten Sekadau dan Kabupaten Sanggau; upacara baboren di Kabupaten Landak dan sebagain daerah Kabupaten Sanggau. Sama seperti di Kalbar penyebutan upacara penyembuhan orang sakit di Kalteng, Kalsel, Kaltara dan Kaltim hampir serupa, yaitu upacara belian. Disebut upacara belian karena yang memimpin upacara adalah seorang belian.

Bagi orang Dayak, penyakit datang atau terjadi karena ganguan dari 'hantu-hantu' atau makhluk halus atau karena kemarahan para dewa yang kehormatannya telah dilanggar oleh manusia, atau karena disebabkan oleh orang lain. Untuk menyembuhkan perlu memanggil seorang belian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline