Lihat ke Halaman Asli

Dismas Kwirinus

-Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Menyingkap Makna Simbolis di Balik Tradisi Lisan Suku Dayak

Diperbarui: 28 Desember 2020   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

indonesia-tourism.com

Salah satu kebanggaan Bangsa Indonesia terletak pada kenyataan pluralitas masyarakatnya yang terdiri dari beraneka ragam ras, suku, budaya dan agama. Setiap kebudayaan di Indonesia tentu memiliki tradisi lisan. Tradisi lisan yang hendak saya bagikan dalam tulisan ini ialah berkaitan dengan makna simbolis yang terdapat pada tradisi lisan suku Dayak.

Dalam ziarah hidup manusia dan interaksinya dengan sesama dan alam tentu terdapat apa yang disebut dengan simbol-simbol. Tidak semua manusia mengerti dan memahami apa makna yang hendak disampaikan oleh simbol tersebut. Simbol atau lambang biasanya hanya dimengerti oleh orang-orang tertentu atau masyarakat setempat.

Simbol menurut masyarakat Dayak menyingkapkan dua hal yang berlawanan, yaitu antara yang dapat dilakukan (dunia terang) dan yang tidak dapat dilakukan (dunia gelap atau hitam), namun keduanya mengandung pesan positif. 

Simbol kegelapan bertujuan untuk memperingatkan masyarakat agar tidak mengerjakannya, sehingga orang terlepas dari hal-hal yang tidak dikehendaki. Lambang dunia terang bertujuan untuk menyadarkan orang agar menaatinya atau mematuhinya, dengan demikian orang terhindar dari bala atau sampar.

Dari mana datangnya simbol atau lambang itu? Simbol atau lambang dapat datang dari alam atau dari mimpi yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu atau dari aturan masyarakat setempat. Tentunya aturan yang lahir dari kebiasaan setempat. Simbol atau lambang yang telah lama dipahami masyarakat dari suatu peristiwa biasanya bersifat tetap dan mutlak.

Di sini kita dapat mengatakan bahwa simbol-simbol yang bermakna tetap misalnya batu babi (Dayak Kayong) adalah pesan moral yang disampaikan kepada orang banyak atau masyarakat setempat bahwa di mana kesewenang-wenangan serta ketidakpatuhan terhadap norma dan aturan yang masyarakat jalankan berakibat fatal bagi orang yang melanggar. 

Batu babi merupakan simbol di mana orang yang menjadi batu bersama dengan binatang buruannya seekor babi yang besar dan tujuh ekor anjingnya adalah buah dari pelanggaran terhadap larangan masyarakat. Pelanggaran-pelanggaran yang ia lakukan tersebut menyebabkan ia menerima kutukan. Orang tidak boleh melakukan pelanggaran menurut tata hukum adat, di tanah yang dikeramatkan orang hanya boleh melakukan pengurbanan. 

Orang yang bersalah dan melanggar aturan yang berlaku dalam masyarakat tidak diperbolehkan melintasi kawasan itu. Kawasan itu sifatnya suci. Suci karena hanya tempat pertemuan manusia dengan Yang Tertinggi. Jika orang tersebut masih dipandang salah terhadap aturan dan norma dalam masyarakat, maka orang yang perkaranya belum tuntas harus menghindari kawasan itu. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesusahan atau kesulitan hidup bagi orang yang melanggar aturan.

Selanjutnya simbol batu ayam, menurut cerita, pada zaman dulu di sebuah kampung diadakan gawai atau pesta, namun seorang nenek sebatang kara luput dari perhatian atau bisa saja tidak dihiraukan. Nenek tersebut berada dalam kemiskinan dan kesulitan hidup. 

Di tengah situasi itu hadirin dalam pesta tersebut tanpa menyadari kesewenangan dan kelalaian mereka, akibatnya para dewa tidak merasa senang dengan sikap itu. Lewat kilat dan petir yang menyambar berubahlah rumah dan segala yang ada di kawasan tempat pesta itu menjadi batu. 

Batu tersebut sampai saat ini masih diyakini oleh masyarakat sebagai peringatan yang menyimbolkan ketidaksenangan para dewa terhadap tindakan sewenangan-wenang dan ketidakpedulian manusia. Ini merupakan beberapa contoh apabila kita hendak menyingkap makna simbolis dibalik tradisi lisan pada suku Dayak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline