Lihat ke Halaman Asli

Dismas Kwirinus

-Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Tuhan Kita Sama

Diperbarui: 17 Oktober 2020   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi

"Kita adalah satu ciptaan yang berasal dari segenggam tanah serta satu tiupan nafas"

Setelah bangsa Moor menaklukkan sebagian daerah Andalusia, beberapa biara di daerah itu dijarah dan dihancurkan. Para biarawan-biarawati ditawan. Almansour yang menjadi walinegeri tanah itu mengadakan sidang untuk para biarawan-biarawati. Sidang itu dihadiri oleh para ulama dan hulubalang bangsa Moor.

Dalam sidang itu beberapa ulama menganjurkan bahwa para biarawan-biarawati itu dibunuh. Musuh-musuh Allah dan umat Muslim harus dimusnahkan. Beberapa dari mereka juga ada yang mengusulkan bahwa mereka dijual sebagai budak dan tempat pelacuran. Uang dari penjualan orang kafir tentunya halal.

Di tengah keriuhan sidang itu seorang pemuda berdiri di tengah hadirin, ia melantangkan suara dan dengan tegas menolak usulan-usulan dalam sidang itu. "Aku menolak semua usulan yang menjatuhkan martabat manusia. Kita adalah Muslim yang berahklak mulia tidak mungkin membiarkan sesama manusia jatuh. Mereka juga sama seperti kita punya harga dalam pribadi mereka. Maka saya mengusulkan janganlah mereka dijual atau dibunuh namun sebaiknnya dipenjarakan rumah saja."

Dengan perdebatan yang keras akhirnya usulan itu diterima. Pemuda itu adalah seorang ksatria Muslim bangsa Moor yang telah melakukan pembantaian di wilayah Granada. Ia adalah adik Almansour, Jendral Achmed. 

Di samping pemuda itu seorang gadis menitikkan air mata haru dan rasa lega. Wanita berkerudung itu seorang kepala biarawati sebelumnya. Ia bernama Petronella. Entah atas dasar apa Achmed membela orang-orang Kristen itu. Mungkin karena Petronella yang telah mengisi hatinya. Rasa iba Achmed terhadap orang-orang Kristen memang berawal dari hati Petronella.

Pada awal kisah saat penggempuran di kota Granada, biara tempat Petronella hidup dijarah oleh bangsa Moor. Petronella dan anggota biaranya ditawan disebuah penjara Khusus. 

Di tempat pengasingan itu Petronella jatuh sakit. Singkat cerita Petronella yang sekarat itu dirawat oleh Achmed. Pada awalnya memang Petronella menolak karena sakit hatinya, namun Achmed menjelaskan bahwa sesungguhnya ia tidak tahu arti perang itu. Achmed hanya meneruskan apa yang diwarisi dari leluhurnya.

Selama Petronella sakit, Achmed merawatnya dengan begitu penuh perhatian. Perhatian itu pun tumbuh menjadi rasa suka dan terus bertumbuh hingga mencapai satu kata yang mutlak. Cinta. Mereka berdua saling berbagi cerita, pengalaman, pengertian dan belajar. Maka akhirnya mereka pun saling mengerti dan memahami arti agama lain. 

Bagi Petronella, Achmed bukanlah orang Islam yang ia kenal sebagai orang barbar. Ia penuh kharisma, baik dan penuh belas kasih. Maka tumbuh juga dari hati Petronella rasa cinta kepada ksatria itu. Bukan rasa cinta yang seperti manusia kepada manusia lainnya, namun seperti daging dengan tulang rusuknya, layaknya pria bersama wanitannya. 

Keduannya bisa menyadari rasa sukanya melalui intuisi rohani dan komunikasi. Namun rasa itu tak pernah terungkap melalui kata-kata. Bahkan saat pembelaan Achmed terhadap orang-orang Kristen itu keduanya masih saling menyimpan rahasia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline