Banyaknya masalah yang belakangan ini terjadi dikarenakan oleh bibit-bibit fanatisme membuat kita harus lebih waspada dan bijak dalam menghadapi masalah ini. Setiap orang tentu memiliki perbedaan dan oleh karena itu, kita harus menghargainya agar tidak terjadi perpecahan dan terprofokasi.
Untuk menyikapi masalah masalah fanatisme yang terjadi, Pada hari Kamis, 17 Mei 2018, HRD dan LPPM UPH mengadakan acara bulanan yang dinamakan Caf Sweet Talk, dengan tema 'Fanatisme' menghadirkan dua pembicara Dr. Fransisco Budi Hardiman, Coordinator of History of Thought Course Fakultas Liberal Arts UPH, dan Chandra Han ST, MDiv, MTh., Dosen Teachers College UPH.
Tema 'Fanatisme' yang dipilih dalam Sweet Talk kali ini bertujuan untuk mengembangkan gagasan -- gagasan dan pengertian yang lebih mendalam tentang fanatisme, sehingga kita tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Menurut Frans, "fanatisme sendiri memiliki definisi sebagai cara berfikir, bersikap, berinteraksi, dan berkuasa yang meyakini kemutlakan pemahamannya sendiri dan memaksakan pemahamannya itu kepada lingkungannya."
Fanatisme sendiri juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti adanya pola asuh yang menanamkan bibit fanatisme, lingkungan tempat dia tinggal, proses marginalisasi, perubahan sosial, didasari oleh pemikiran yang fanatik, dan terutama adalah adanya interaksi yang terlalu kompetitif atau ingin menang sendiri. Fanatisme juga terjadi hanya pada masyarakat yang majemuk atau berbeda kepercayaan karena adanya pilihan cultural.
Chandra dan Frans juga memberikan tips untuk kita, agar bisa terhindar dan mengatasi fanatisme, yaitu menurut Chandra adalah dengan cara mengasihi orang yang fanatik, karena sebenarnya mereka kesepian dan butuh pencerahan, sendangkan menurut Frans tips yang dia berikan adalah dengan cara memperkaya pengalaman kontak dengan kebudayaan dan keyakinan, serta lebih memperkaya selera humor, karena orang yang fanatik biasanya memiliki wajah yang terlalu serius.
Frans menambahkan pesan kepada kita dengan mengajak kita untuk beriman secara sehat disertai dengan skeptitisme yang sehat dan hargailah perbedaan karena manusia diciptakan unik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H