Lihat ke Halaman Asli

Dani Iskandar

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Nabi Pun Menangis

Diperbarui: 4 Januari 2021   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Halo bro, mohon doa nya ya"
"Eh iya, kenapa bro"
"Gue sedang berjuang melawan covid nih, semoga imun gue naik"
"Iya bro, semoga lu kuat, cepat sembuh ya. Istri lo bagaimana bro"
"Minggu lalu sudah duluan pergi"
"Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, yang tabah ya bro, yang kuat ya"
"Makasih bro"

Kira-kira begitu lah kondisi yang kita alami saat ini. Corona sudah setahun menjangkiti bumi ini. Bukannya berkurang, malah ditemukan varian yang lebih ganas yang lebih cepat menular di Inggeris. Apa sebab itu semua? Lagi-lagi kepatuhan dan kesabaran kita sedang diuji Tuhan Sang Penguji. Mereka yang muslim jelas sangat diuji disini. Mereka percaya pada Nabi Muhammad saw.

Bahkan tahun 2020 pun muncul kasus penghinaan Nabi di Perancis. Semua terusik. Tapi seberapa taat umat Islam dengan perintah Sang Nabi? Mereka pasti paham dong dengan hadits yang mengatakan bahwa "Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu," (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Tapi apakah mereka taat dengan hadits tersebut? Wallahu alam. Hadits hanya sebatas hadits. Agama hanya sebatas KTP. Ketika Nabi, Agama disenggol, garangnya naudzubillah. Namun, menjalankan agama pilah pilih, suka-suka. Enak dirasa ambil, bungkus. Berat dan aneh dirasa, tinggalkan. Emang beragama bisa begitu?

Sulitnya Disiplin
Besok, Senin, 4 Januari 2021, hari pertama kerja di tahun yang baru. Banyak masyarakat yang merayakan libur panjangnya baru kembali ke rumah masing-masing pada Minggu atau bahkan malam Seninnya. Besoknya langsung kerja. Tanpa ada jeda 1 atau 2 hari istirahat di rumah. Normal-normal saja. Seperti tak ada pandemi.

Lebaran yang lalu, Pemerintah melarang mudik. Tetap saja dilanggar. Libur panjang kali ini pun dibatalkan yang sedianya mulai 24 Desember bablas hingga 3 Januari, namun untuk mencegah penyebaran covid maka senin hingga rabu masyarakat tetap masuk kerja dan libur kembali tanggal 31 Januari.

Hal itu pun diperketat lagi oleh Pemerintah dengan persyaratan hasil tes swab antigen negatif untuk yang bepergian dengan Penerbangan dan Kereta Jarak Jauh. Namun ada saja kritik yang tersebar di masyarakat. Bukan warga +62 namanya kalau tidak super nyinyir dan bandel. Ah itu kan hanya proyek saja. Cari duit saat pandemi. What?

Tidak kah kamu tahu kalau persyaratan dan modifikasi libur panjang itu bahasa lainnya dari "Dilarang Mudik". Tapi toh kamu tetap melanggarnya kan. Memang semua yang dilarang pasti kamu langgar.

Pemerintah pun turut andil dalam peningkatan penyebaran covid-19 ini terutama triwulan keempat. Di satu sisi mereka menghimbau masyarakat untuk tetap menjaga prokes dengan 3M, namun disisi lain mereka menekankan "Jihad Penyerapan" Anggaran. Memang dari sisi ekonomi serapan pemerintah berdampak bagi roda perekonomian.

Namun penyerapan anggaran bagi sebagian PNS diartikan dengan bikin acara di hotel, kunjungan ke daerah yang tidak menutup kemungkinan akan penyebaran pandemi itu sendiri. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati sendiri menyebutkan bahwa lebih dari 933 orang pegawai Kementerian Keuangan pernah terkena infeksi Covid-19. Dari jumlah tersebut sebanyak 36 orang telah menjadi korban jiwa.

Kini teknologi berkembang, tahun 2020 ditandai dengan virtual meeting via zoom dan google meet. Tiap saat keluarga bisa saling terhubung dengan video call, namun pulang kampung dan jalan-jalan tetap dilakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline