Lihat ke Halaman Asli

Dani Iskandar

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Al Nyinyirun Minal Iman

Diperbarui: 11 Oktober 2018   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada Hadits baru, baru banget terbit, menyikapi fenomena yang ada, yaitu Al Nyinyirun Minal Iman.. What.. kok baru dengar, aneh, palsu ya, tidak sohi ya, siapa perawinya, tuh kan kepo lagi, nyinyir lagi hehe.. Biasanya yang paling kita ingat adalah Hadits Kebersihan An Nadzhofatu minal Iman, Kebersihan itu sebagian dari Iman, lalu Hadits Cinta Tanah Air Hubbul Wathoni Minal Iman, Cinta Tanah Air itu Sebagian dari Iman. Yaah kajian kita semakin lama semakin bergeser. Iman kita apalagi.

Sebatas syahwat, tanpa keyakinan, tanpa ilmu, tanpa dalil. Orang ngomong begini ikut, orang ngomong begitu ikut. Ustad dan ulama tidak lagi mengajar, berbagi ilmu dengan ikhlas. Larut dengan emosi dan politik kepentingan. Sejatinya iman adalah yang benar itu benar yang salah itu salah. Bangsa ini tidak lagi bisa melihat proses, hanya melihat hasil. Buruk dihina, jelek dibantai. Bagus tidak diapresiasi, sukses dicurigai. Begitu lah hehe

Media Mendorong Sifat Nyinyir

Tidak bisa dipungkiri, industri media kita tumbuh dengan pesat. Generasi milenial kita sangat kreatif. Namun pertumbuhan itu tidak disertai dengan akhlak mulia kalau tidak mau disebut amoral. Bagaimana pun canggihnya seseorang, kalau tidak disertai iman, dia akan menjadi mesin penghancur. Terciptanya bom atom untuk meredam perang dunia II bisa dikatakan menggunakan iman untuk menghentikan perang. Tetapi penggunaan senjata kimia untuk membantai rakyat tidak berdosa merupakan pengejawantahan ilmu tanpa iman. Iman lah kontrol kita berbuat.

Selama ini kita dicekoki dengan tayangan gosip dan sinetron yang merusak alam bawah sadar kita. Seperti sudah menjadi air bagi kehidupan kita. Makan 3 kali sehari, gosip dan sinetron merasuki pikiran kita. Tak habis-habisnya artis ditelanjangi, ketika gosip mereda, artis baik-baik yang kehidupannya normal pun bisa digosipin dan akhirnya berujung pada bubarnya hubungan, perceraian dan pertikaian harta gono gini dan hak asuh anak. 

Wartawan-wartawan, reporter, peliput berita, paparazzi seperti membuat daftar absensi para artis yang mau dihancurkan kehidupannya. Mulai dari yang hot, sampai ketika habis berita, dilihatlah daftar absen tersebut mulai dari artis dengan nama huruf A hingga Z.

Beralih ke tayangan sinetron, seolah hal yang wajar, biasa dan lumrah, seorang anak membully temannya, seorang paman membantai keponakannya, seorang ibu memaksa menceraikan anaknya. 

Setiap hari kita lihat tayangan merusak moral itu. Berkali-kali ditegur, dipanggil KPI, tetap saja tayangan tersebut lolos. Cerita yang tidak mutu, modal cekak, tidak berkualitas, hanya mengejar rating. Bolak balik masuk rumah sakit, penjara, kantor polisi, penyekapan, tak lepas dari tayangan yang satu dengan yang lain, tv yang satu dengan yang lain. 

Belum lagi latahnya televisi kita, jika satu tayangan booming di satu televisi, televisi lain pun tidak mau kalah membuat program acara yang sama. Tayangan dangdut, kuis, audisi idol, horor, drama lebai dan hal-hal bodoh tak perlu mikir lainnya. Herannya semua tayangan yang menurut pembuatnya "kreatif" itu jelas dibuat oleh orang-orang berpendidikan, lulusan sarjana. 

Anda tau sendiri dong bagaimana sulitnya bekerja di negeri ini jika tidak memegang ijazah sarjana, apalagi untuk bekerja di industri pertelevisian, kameraman, lighting, reporter, host, penulis skrip, sutradara, berapa persen yang tidak berijazah sarjana? Bisa dipastikan mereka semua pernah kuliah, tetapi hasil kreativitasnya menghasilkan sinetron, tayangan gosip seperti yang kita saksikan.

Nyinyir Merambah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline