Lihat ke Halaman Asli

Kota Wireless

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Wireless sudah banyak terdengar dalam pelajaran telekomunikasi elektronik dan teknis banget, tapi sudah setiap hari kita pakai seperti wifi dan lainnya. Kota wireless ini hanya satu judul saja karena ingin lebih canggih dari istilah jadul kota satelit.Ini karena ingin berbagi pengalaman saat berpetualang di Nusantara. Pengalaman ini mirip di salah satu kota kabupaten di Lombok 33 tahun lalu, yang seharusnya jaman sekarang sudah jadi fenomena aneh.

Sejak Jaman yang diakui reformasi banyak bermunculan kekuasan wilayah baru , istilah pemekaran wilayah menjadi kabupaten baru , kota madya, provinsi. Pemekaran kabupaten baru menjadi sangat banyak, seharusnya yang namanya kota kabupaten siap dengan fasilitas minimum. Pada saat datang atau lebih tepat disebut lewat kota tersebut , apa yang ada hanya jalan satu garis (band).Mau isi bensin ternyata pompa bensin hanya kios terdapat drum bensin, caranya pengisian takar sendiri masukan ke jerigen plastic terus isi sendiri. Terus mau ambil uang hanya terdapat satu ATM , kalau rusak bisa seminggu , soalnya bank juga hanya satu saja. Terus apa lagi kehebatannya ?, telkom pastinya tidak ada. Hp saja hanya ada dua provider, kalau satu rusak bisa seminggu baru ada lagi sinyal. Tulisan ini bukan keluhan hanya kagum saja, kota baru jadi sudah operasional tapi tidak ada fasilitas minimum yang seharusnya ada.Kalau kota modern harus ada kotanya dulu atau fasilitas kota baru dinyatakan operasional ?. Bagaimana pemerintahan lokal bisa bekerja dengan semestinya tanpa telekomunikasi elektronik yang sempurna, tapi kan memang mereka biasa kerja seadannya. Di jaman popular dengan e-government, masih ada juga yang menggunakan telekomunikasi talirami. Aneh lagi tetap ramai musim tender, tentu sudah dapat ditebak siapa pemenang dan bagaimana cara menang. Lebih aneh lagi itu dari tahun ke tahun dapat anggaran dari pusat itu kemana saja ?. Sepertinya pemekaran wilayah tidak banyak manfaatnya, lebih untuk menguras dana dari pusat. Tentu ada segelintir orang yang mendapat rejeki, selebihnya hanya mendengar saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline