Pada tanggal 25 Januari 1990, Kota Semarang mengalami salah satu bencana alam terburuk dalam sejarahnya, yaitu banjir bandang yang terjadi di Sungai Banjir Kanal. Peristiwa ini menjadi mimpi buruk bagi warga, karena menghancurkan sebagian besar kawasan di sepanjang Sungai Kaligarang hingga Sampang dan Simongan. Tercatat lebih dari 197 korban jiwa, sebagian besar di antaranya sedang terlelap tidur saat banjir melanda pada malam hari. Banjir bandang ini disebabkan oleh meluapnya Sungai Kaligarang. Debit air yang terus meningkat akibat curah hujan yang tinggi menyebabkan aliran sungai tidak mampu menahan volume air, sehingga mengakibatkan banjir. Warga yang bermukim di sepanjang aliran sungai menjadi korban utama dalam peristiwa tragis ini. Banyak rumah hanyut, dan sejumlah warga yang bekerja pada malam hari terjebak di tempat kerja mereka, tidak sempat menyelamatkan diri.
Dampak dari banjir bandang ini sangat besar bagi masyarakat Semarang, terutama mereka yang tinggal di bantaran sungai. Kehilangan nyawa, harta benda, serta trauma mendalam menghantui para korban. Pemerintah segera mengirimkan bantuan darurat dan mengerahkan relawan untuk membantu proses evakuasi serta memenuhi kebutuhan dasar bagi warga yang terdampak.
Bencana ini tidak hanya menelan korban jiwa dan menghancurkan properti, tetapi juga memengaruhi kondisi sosial-ekonomi masyarakat. Wilayah terdampak, seperti Sampangan, simongan, dan Puspogiwang, mengalami kemerosotan ekonomi. Banyak warga kehilangan mata pencaharian, terutama mereka yang mengandalkan pendapatan dari kerja harian. Kondisi ini mendorong pemerintah dan berbagai pihak untuk bekerja keras memulihkan kondisi ekonomi pascabencana.
Di sisi lain, munculnya solidaritas di antara warga yang tidak terdampak langsung menjadi salah satu hal positif yang mencuat dari tragedi ini. Banyak warga yang dengan sukarela memberikan bantuan berupa makanan, pakaian, serta tempat tinggal sementara bagi keluarga korban. Semangat gotong royong ini mencerminkan kuatnya nilai kebersamaan masyarakat dalam menghadapi bencana.
Pasca banjir bandang, pemerintah kota berkomitmen untuk meningkatkan sistem pengelolaan sungai dan mitigasi bencana. Langkah-langkah pencegahan seperti perbaikan infrastruktur sungai dan pembangunan kanal tambahan diupayakan untuk mencegah terulangnya bencana serupa di masa depan. Selain itu, edukasi mengenai mitigasi bencana kepada masyarakat menjadi prioritas, agar warga lebih waspada terhadap potensi banjir, terutama di musim penghujan.
Hingga kini, kawasan di sekitar Sungai Banjir Kanal, khususnya di sepanjang Kaligarang, telah berkembang menjadi salah satu pusat kuliner malam yang ramai. Namun, kenangan akan bencana besar tersebut tetap menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat dan pemerintah untuk senantiasa siap dalam menghadapi ancaman bencana alam.