Salah satu keinginan Presiden Jokowi adalah Meningkatkan kontribusi pariwisata ke PBD (Product Domestic Bruto) atau menambah pendapatan rakyat dari sektor Pariwisata. Dengan begitu banyaknya Destinasi wisata di Negeri ini, memang keinginan Jokowi itu sangat realistis. Bayangkan saja, dari Sabang sampai Merauke yang berjajar Pulau-pulau itu terdapat aneka rupa jenis wisata. Mulai dari wisata museum, kuliner dan pemandangan. Betapa banyaknya pendapatan yang bisa kita raup dari sektor jalan-jalan ini. Negara tetangga Malaysia dengan luas yang jauh lebih kecil dari Tanah Air kita saja bisa jor-joran menggenjot sektor Pariwisata dengan kreatifitas yang patut diacungi jempol. Kita seharusnya bisa melebihi mereka karena potensi dan sumber daya yang kita miliki jauh lebih besar.
Bicara Pariwisata, tak akan pernah bisa dilepaskan dari transportasi. Di era maju sekarang dan serba cepat ini, tentulah transportasi udara menjadi pilihan pertama. Faktor waktu menjadi prioritas. Semua wisatawan tentunya ingin mendapat sebanyak mungkin Destinasi wisata saat bepergian, that's why mereka banyak memakai jasa penerbangan untuk mencapai target waktu jalan-jalan. Oleh karena itu, maka tentu saja penyedia jasa penerbangan harusnya dapat menangkap dengan baik keinginan pelanggannya yaitu ketepatan jadwal penerbangan.
Menilik pengalaman saya, Maskapai low cost yang dikelola negara tetangga yang terkenal dengan berbagai promo-nya itu , nyaris selalu tepat waktu. Untuk alasan itulah maka sebisa mungkin terbang bersama maskapai itu tiap saya bepergian baik urusan jalan-jalan maupun urusan dinas (yang dibumbui urusan jalan jalan juga... hehe teteuuppp..). Bukan cuma karena tarifnya memang low, tetapi alasan utamanya adalah ketepatan waktu terbang. Kelihatannya pengelola maskapai itu sangat menghargai waktu. Kemungkinan besar mereka menganut paham "Time is money". Terbukti dari komitmennya yang selalu berusaha mematuhi jadwal penerbangan yang sudah diketahui oleh pelanggannya. Jarang sekali mereka ingkar janji dan men-delay-kan jadwal terbangnya. Sejauh pengalaman saya, dari puluhan kali terbang, baru sekali mereka telat terbang. Itu bisa dimaklumi. Oiya.. mohon jangan salah paham ya.. dari tadi daya memuji Maskapai tetangga bukan berarti saya marketing-nya mereka lho... Hahahaha... ini semata mata karena saya kagum dengan komitmen mereka memberi kepuasan kepada pelanggannya. Dan... lihatlah! mereka selalu mendapat ganjaran Award dari berbagai pihak akibat bagusnya pelayanan mereka. Saya baru membahas tentang on time nya mereka terbang. Belum lagi banyaknya rute penerbangan yang dikaitkan dengan objek pariwisata. Sungguh mengagumkan! Maka tek heran jika orang Indonesia seperti saya, rada fanatik soal memilih maskapai dan Maskapai tetangga itu telah membuat saya jatuh cinta. Hehe....
Well, sekarang mari kita tengok Maskapai milik kita sendiri.
Saya punya pengalaman pahit dengan Maskapai negeri sendiri. Mulai dari harga yang relatif lebih mahal, pelayanan petugas yang seadanya dan yang paling parah adalah jadwal terbang yang selalu ngaret. Orang yang menggunakan jasa transportasi penerbangan tentulah punya alasan utama yaitu ingin cepat sampai ke tujuan. Jika jadwal terbang delay secara teratur, maka tujuan utama pelanggan tidak tercapai. Bagaimana dengan wisatawan yang punya waktu terbatas dan pasti sudah direncakan akan ke destinasi wisata tertentu lalu mengalami delay yang menyebalkan. Tak tanggung-tanggung, delay-nya itu bisa lebih dari 3 jam! Luar biasa... Masih mending kalau jadwal delay diumumkan dengan jelas. Yang saya alami adalah ketidakjelasan informasi jadwal terbang. Petugas Maskapai di darat tak memberi informasi yang jelas, bahkan saya harus mendatangi counter dan bertanya kapan saya terbang. Itu pun cuma mendapatkan wajah para petugas yang tanpa ekspresi seakan ini adalah hal biasa. Delay adalah biasa. Geloooo...! Boro-boro minta maaf kepada pelanggan. Mereka benar-benar tak menghargai waktu. Lalu, begitu sampai dalam kabin pesawat, awak kabin akan mengumumkan alasan delay adalah alasan operasional dan meminta maaf tanpa nada rasa bersalah. Mungkin saking seringnya ya. Hehe... Mereka pikir mereka telah meminta maaf dengan menukarkan waktu pelanggan yang sangat berharga hanya dengan sekotak nasi atau roti. Sungguh menyedihkan...
Berdasarkan pengalaman pahit saya itu dan tentu saja saya yakin banyak orang juga mengalaminya, saya jadi berpikir bagaimana keinginan Presiden Jokowi bisa tercapai kalau kualitas pelayanan Maskapai kita seperti ini? Bagaimana perasaan turis yang akhirnya harus extend jadwal mereka akibat delay pesawat yang seakan biasa itu? Bagaimana orang asing yang terkenal on time itu mau datang ke Indonesia yang selalu ngaret ini? Bagaimana mungkin sektor pariwisata bisa gagah di negeri sendiri? Negara tetangga yang destinasi wisatanya sedikit itu bisa begitu mudah mendatangkan turis, salah satu sebabnya ya karena jadwal terbang maskapai mereka nyaris selalu on time.
Menurut pendapat saya, kalau pariwisata kita mau maju dan menambahkan pendapatan secara ekonomi, maka Maskapai penerbangan kita harus belajar menghargai waktu. Harus komitmen pada jadwal terbang. Harus empati pada kebutuhan pelanggannya. Pemerintah juga harus turun tangan menertibkan Maskapai nakal yang menyepelekan waktu dan menganggap enteng pelanggannya. Mungkin juga perlu peringatan keras untuk Maskapai abal-abal yang tak memperhatikan kualitas pelayanannya. Sederhana saja, standar pelayanan minimal yang harus dipenuhi Maskapai adalah terbang tepat waktu. Budaya on time lah yang harus dimulai. Saya yakin dengan tepat waktu, orang akan fanatik memakai jasa maskapai itu sama seperti saya yang sudah terlanjur jatuh cinta pada maskapai itu tuuu..... heheheeee..
*Kata orang bijak, kalau mau maju dan berhasil maka kita harus menghargai waktu*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H