Lihat ke Halaman Asli

Dirwan Ahmad Darwis

Pencinta sejarah dan budaya

Jati Diri Hilang, Bangsa Tenggelam

Diperbarui: 12 Desember 2020   20:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Orang Melayu atau yang sering juga disebut sebagai pribumi adalah suatu bangsa yang terdiri dari berbagai kelompok suku/kaum/etnik dengan berbagai ragam budaya (cara hidup). Berdasarkan penelitian sejarah, bangsa Melayu dikatakan berasal dari rumpun yang sama, namun terdapat perbedaan cara-cara hidup antara satu sama lain sesuai kebiasaan dalam kelompok masing-masing.

Namun demikian dalam hal-hal tertentu mereka seringkali berbagi kesamaan seperti ukuran tubuh dan paras/wajah, bahasa, adat dan budaya semisal; makanan dan masakan tradisi, cara bertani dan peralatannya, cara berpakaian dan bahannya, kesenian dan peralatannya, serta berbagai kesamaan lainnya.

Masyarakat Melayu sejak beribu tahun yang lalu sudah hidup di kawasan yang kini dikenal sebagai Nusantara. Wallace (1869) menyebutnya sebagai The Malay Archipelago (Kepulauan Melayu) yang dibaginya ke dalam lima kelompok, yaitu kelompok kepulauan Indo-Melayu, Timor, Celebes, Maluku, hingga kelompok Papua. Membujur dari Semenanjung Malaya, lalu ke Sumatra, Sulu, Lombok hingga ke Papua Nugini. Artinya, Nusantara atau Kepulauan Melayu menurut Wallace itu, tidak sama dengan Nusantara sebagaimana yang dipahami oleh orang Indonesia sekarang, yakni deretan pulau-pulau dari Sabang sampai Merauke.

Lalu bangsa Barat datang menjajah, ratusan tahun lamanya, melaksanakan politik adu domba (devide et impera). Pada sebahagian negeri Melayu, penjajah membawa masuk bangsa lain seperti Cina dan India. Dampaknya setelah penjajahan berakhir, orang Melayu terpecah-pecah dan kemudian menjadi negara-negara kecil, maka muncullah negara-negara baru semisal; Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, atau Philipina dan lainnya.

Negeri-negeri seperti Malaysia dan Singapura, kini menjadi negara-negara dengan bangsa yang majemuk; selain bangsa Melayu, juga ada bangsa Cina, India serta lainnya yang dulu didatangkan tatkala penjajahan sedang terjadi.

Bangsa Yang Kehilangan Jati Diri

Dalam persaingan dunia yang semakin ketat hari ini, hal penting yang kurang begitu diperhatikan dan diminati oleh generasi Melayu adalah isu-isu terkait “jati diri”. Jati diri ada dua macam, pertama jati diri yang bersifat perorangan/individu yang senantiasa berubah sesuai perkembangan umur individu tersebut. Kedua jati diri kelompok (kaum/etnik atau bangsa). Nah, secara politik yang sering menjadi pokok bahasaan adalah jati diri kaum/etnik ini, karena ia menyangkut masa depan kaum atau bangsa itu sendiri.

Kembali kepada Kepulauan Melayu atau kawasan Nusantara ini, Indonesia dan Malaysia merupakan tanah besarnya. Namun kalau bicara soal jati diri, kedua bangsa serumpun ini nasibnya hampir sama, walaupun di Indonesia sendiri perkataan “Melayu” masih ada pihak yang mengartikannya dengan cara berbeda. Namun itu tidak masalah, karena berbeda itu juga perlu asalkan tetap bersatu dan tidak menimbulkan masalah baru.

Jati diri kaum/bangsa merupakan ciri-ciri keaslian suatu kaum atau bangsa itu sendiri yang dapat dilihat misalnya dari penampilan tubuh dan wajah, dari budayanya, semisal; bahasa, pakaian, tingkah laku serta unsur-unsur lainnya sebagaimana sudah disinggung diatas, yaitu gambaran keunikan suatu kaum/bangsa tersebut.

Sementara itu dalam kajian-kajian ilmu kemasyarakatan (humaniora) ditemukan bahwa penyebab kejayaan bangsa Melayu zaman dulu antara lain karena mereka senantiasa memelihara dan mempertahankan ciri-ciri kebudayaan yang merupakan warisan bangsa sebagai sarana dalam membangun kekuatan jati diri . Artinya, kekuatan jati diri itu memainkan peranan yang sangat penting dalam upaya mempertahankan keberadaan sebuah bangsa, maka di sinilah letaknya titik simpul pembahasan jati diri dan masa depan bangsa Melayu itu.

Bangsa Melayu hari ini dinilai hampir kehilangan jati diri mereka karena sudah kehilangan banyak sekali nilai-nilai luhur yang ada dalam adat dan budaya mereka. Hal ini lah yang dilihat sebagai penyebab terjadinya kekacauan di berbagai bidang kehidupan, yang terburuk adalah kekacauan akhlak sebagai penyebab kekacauan berpikir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline