Selalu dan selalu, disetiap postingan yang saya tuliskan berisikan tentang kehidupan.Karena memang dalam kehidupan beragam warna dan rasa bisa dinikmati.Bahagia, sedih, cinta dan segalanya terangkum didalamnya dengan komplit. Kebahagiaan datang bukan hanya sekonyong-konyong hadir di depan kita.Perlu perjuangan dan kadang diselingi dengan setitik air mata.Manusia dapat merasakan kebahagiaan, tentunya lebih dulu harus merasakan kepahitan. Senyum adalah tolok ukur sebuah kebahagiaan, lihatlah orang yang tidak mampu tersenyum.Jangankan tersenyum menangispun mereka tak mampu.Mereka ada disekitar kita, dan kebahagiaan adalah harta yang dicari oleh mereka.Ya... sebuah realita hidup yang sangat menyakitkan.Mereka adalah guru saya, guru hidup saya tentang bagaimana bersyukur terhadap apa yang terjadi.Bagaimana mengolah ketersudutan kita menjadi kebahagiaan dan mengolah tangis kita menjadi senyum indah didunia.Saya tidak bisa menyebut siapa mereka, tapi mereka masih ada disekitar kita.Secuil roti adalah hal terindah, selembar tikar adalah kehangatan dan bintang dilangit adalah penghias bilik mereka. Tak ada kata yang terindah yang patut kita ucapkan selain rasa syukur.Kita masih diberi kesempatan walaupun sedetik menikmati indahnya dunia, sepotong roti, busa yang empuk untuk berbaring dan kehangatan tempat tidur kita untuk berbaring. Guru terbaik adalah alam dan isinya, disitu ada pesan yang mendalam yang harus kita cerna lewat hati...dan hanya hati yang bisa merasakannya.Setiap pesan ditujukan untuk kebaikan bahkan daun jatuhpun merupakan sebuah pesan bagi jiwa kita. Belajar pada alam dan dunia... Mendengarkan bisikan angin... Merasakan sinar sang rembulan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H