Lihat ke Halaman Asli

Kualitatif Juga Punya Kode-kode, Pengkodean Maksudnya :)

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pembacaan dan pembacaan ulang transkip-transkip diikuti dengan pemilihan materi untuk analisis selanjutnya, ini disebut sebagai pengkodean. Pengkodean transkip-transkip dilakukan dengan tetap berpijak pada persoalan riset. Semua bagian teks yang relevan dipilah, disalin, dan disusun untuk analisis. Pada tahapan ini, kita perlu memastikan agar semua materi yang relevam turut disertakan. Ini berarti contoh-contoh yang tidak secara langsung atau hanya samar-samar saja terkait dengan persoalan riset pun harus diidentifikasi. Kita tidak perlu menggunakan kata kunci tertentu sebagai dasar seleksi materi tekstual. Semua konstruksi yang bersifat implisist pun harus disertakan pada tahap pengkodean ini. Kebutuhan untuk melakukan pengkodean sebelum analisis menunjukkan bahwa kita tidak pernah bisa menghasilkan analisis wacana atas sebuah teks secara menyeluruh. Persoalan riset kita mengidentifikasi aspek tertentu dari wacana yang telah kita putuskan untuk kita jelajahi secara terperinci. Pengkodean membantu kita menyeleksi bagian-bagian relevan dari teks yang merupakan data kita. Selalu ada banyak aspek wacana yang tidak akan kita analisis. Ini berarti bahwa materi yang sama bisa dianalisis lagi dan menghasilkan wawasan lebih jauh lagi.

Menulis riset analisis wacana bukan merupakan proses yang terpisah dari analisis teks. Kita harus memperhatikan fakta bahwa penulisan laporan itu sendiri adalah cara untuk menjelaskan analisis. Upaya untuk menghasilkan penyampaian yang jelas mengenai riset seseorang dalam tulisan memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi adanya inkonsistensi dan ketegangan yang pada gilirannya bisa mengarah kepada wawasan-wawasan baru. Sebagai alternative, si peneliti mungkin harus kembali mengamati datanya untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dan problema yang muncul dalam proses penulisan.

Sebagian besar analisis yang disajikan berasal dari proses penulisan mengenai interaksi si penulis dengan transkip wawancara. Kesan-kesan yang didasarkan atas perjumpaan pertama dengan teks dituangkan menjadi sebuah penuturan mengenai bagaimana teks mencapai tujuan-tujuan diskursifnya. Setelah memilah metafora, ekspresi dan istilah-istilah yang bisa dimasukkan ke dalam versi-versi khusus mengenai pemutusan hubungan partisipan, dan menulis tentang bagaimana penuturan partisipan bisa menghasilkan versi-versinya. Sebagai hasilnya, proses analisisnya menghasilkan dekonstruksi (melalui identifikasi atas kisi-kisi interpretasi dan kontruksi wacana yang membentuk teks) diikuti dengan rekontruksi (melalui penulisan dan penciptaan kembali kontruksi dan fungsi-fungsi yang ada pada teks) atas wacana, dan penulisannya sendiri merupakan bagian esensial dari proses penulisan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline