Lihat ke Halaman Asli

Dirda Adha Azaria

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bahasa Indonesia di Era Globalisasi, Apa Sih Dampaknya?

Diperbarui: 17 Desember 2022   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Kridalaksana (1983 dan juga Djoko Kentjono 1982), bahasa merupakan sistem simbol bunyi yang arbitrer yang dipakai oleh kelompok sosial untuk berkolaborasi, berinteraksi, dan mengidentifikasi. Pada tanggal 28 Oktober 1928 telah disebutkan bahwa bahasa satu-satunya yang digunakan untuk persatuan adalah bahasa Indonesia. Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin modern tentunya bahasa ikut mengalami perkembangan. Bahasa akan terus-menerus berkembang dan perkembangan bahasa tidak terikat oleh suatu waktu. Menurut KBBI, globalisasi merupakan proses masuknya informasi, pemikiran gaya hidup, dan teknologi ke ruang lingkup dunia.

Bahasa Indonesia sendiri berasal dari bahasa Melayu Tinggi. Bahasa merupakan hal yang penting bagi suatu negara. Memiliki kemampuan bahasa Indonesia merupakan salah satu hal wajib yang harus dimiliki oleh rakyat Indonesia. Dengan berkembangnya zaman, pada saat ini bahasa di Indonesia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu bahasa Asing, bahasa Indonesia, dan bahasa Daerah.  Pada saat ini, Indonesia sedang berada di era globalisasi. Teknologi yang semakin canggih, adanya jaringan internet, maupun hal lainnya termasuk dalam dampak dari globalisasi. 

Di era globalisasi saat ini penggunaan bahasa Indonesia juga memiliki dampak, baik itu negatif maupun positif. Dikenalnya bahasa Indonesia dengan banyak negara termasuk dalam dampak positif, karena banyak orang luar yang ingin mempelajari bahasa Indonesia.  Jika ditanya apa alasannya, mereka berpikir bahwa bahasa Indonesia itu mudah untuk dipelajari. Dengan adanya globalisasi, kita bisa mengetahui bahasa asing atau kata popular dan munculnya bahasa gaul atau slang.

Bahasa gaul ini terbentuk dari singkatan beberapa kata, akronim, penggabungan bahasa, ataupun plesetan dari sebuah bahasa. Munculnya bahasa tersebut membuat para kaum milenial lebih tertarik menggunakan bahasa slang, karena dianggap lebih santai. 

Seringnya penggunaan bahasa slang membuat para kaum milenial kurang mengetahui bahasa baku. Misalnya, apabila medapatkan sebuah tugas membuat makalah, mereka akan merasa sulit karena kurang mengetahui apa bahasa baku dari sebuah kata. Inilah salah satu dampak negatif yang ada. Sebagai generasi penerus, sebaiknya kita harus bangga menggunakan bahasa ibu atau bahasa Indonesia. Boleh tertarik dengan bahasa asing atau bahasa gaul, tetapi kita tidak boleh meninggalkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline