Tahun 1999 silam, Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahathir Mohammad memindahkan pusat pemerintahan Malaysia dari Kuala Lumpur ke Putrajaya dengan alasan "KL" pada waktu itu sudah sangat macet dan padat. Trafik lalu lintas di kota besar yang sudah lama menjadi Ibukota Persekutuan Melayu itu sudah sangat menganggu aktivitas pemerintahan dan bisnis di Malaysia.
Mahathir sukses memindahkan pusat pemerintahan ke Putrajaya tanpa ada gejolak protes dan juga tidak ada pihak yang nyinyir. Ia melenggang memboyong segenap perangkat pemerintahan dan sampai saat ini semua berjalan baik-baik saja karena pada saat memindahkan pusat pemerintahan, Dr. M hanya memindahkan pusat pemerintahan tanpa menggeser pusat bisnis.
Terkait rencana pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke salah satu daerah di Kalimantan yang kini tengah ramai dibicarakan di Indonesia, tentu menarik untuk dibahas. Jika dibandingkan dengan Malaysia, luas wilayah NKRI ini sangatlah luas.
Malaysia, untuk bagian semenanjung saja, yang meliputi beberapa negara bagian mulai Kedah di ujung utara yang berbatasan dengan Thailand dan Johor di ujung selatan yang berbatasan dengan Singapura tidaklah layak diperbandingkan dengan luas wilayah di Indonesia yang membentang dari Timur ke Barat.
Sejatinya tujuan utama pemindahan ibukota haruslah didasari pada bahwa pusat pemerintahan saat ini sudah tidak lagi bisa menampung dan menahan beban negeri yang kian berat.
Hal itulah yang dilakukan oleh Mahathir pada masa itu. Sehingga jika ditarik ke kondisi Jakarta saat ini, harus disadari bahwa situasi di Ibukota dan kemacetan yang sudah sedemikian parah dan serta faktor lain yang memperburuk keadaan bertumpuk harus dipikirkan suatu lokasi baru yang representatif.
Ide pemindahan Ibukota juga harus dimaksudkan untuk mengurangi beban Jakarta dan daerah sekitarnya agar tidak makin berat dan jenuh. Karena itu jikapun daerah yang dipilih bukan Kalimantan maka itu adalah sebuah keniscayaan.
Harus pula disadari bahwa pemindahan ibukota tidak akan membawa dampak buruk karena ide dasar pemindahan ini adalah untuk efisiensi dan efektifitas belaka.
Pemindahan ibu kota tidak akan membawa dampak turunan seperti migrasi dalam jumlah besar besaran termasuk pada aparatur sipil negara dan pelaku bisnis.
Jika saat memindahkan ibukota dari KL ke Putrajaya, Mahathir memikirkan masak masak bahwa yang digeser ke Putrajaya hanyalah urusan administrasi pemerintahan, sementara urusan bisnis dan pusat kegiatan ekonomi tetapberada di KL.
Memang ada persoalan lain yang muncul dalam upaya pemindahan ibukota negara ini. masalah itu adalah jarak yang sangat jauh.