Lihat ke Halaman Asli

Boby Lukman Piliang

Penulis, Penyair dan Pemimpi Kawakan

Pilpres Usai dan "Biduk Lalu Kiambang Bertaut"

Diperbarui: 28 Juni 2019   17:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Orang Minang memaknai sebuah perbedaan dengan kalimat bijak dan dalam. Dalam bahasa Minang, sebuah perbedaan pendapat dan persaingan selalu dinamis, namun demikian, usai persaingan dan berdebat, maka rekonsiliasi adalah jalan berikutnya.

Ada kalimat "Biduk Lalu, Kiambang Bertaut". Bagi masyarakat Minang jika sebuah perdebatan usai dilaksanakan dan persaingan sudah menghasilkan pemenang, maka usai sudah semua tidak ada dendam dan tidak ada pula sakit hati.

Kodrat yang menang tidak boleh jumawa dan menghina yang kalah dan sebaliknya yang kalah tidak diizinkan berhiba hiba hati apalagi merasa sebagai pihak yang tersakiti.

27 Juni 2019, sore kemarin, adalah hari dimana Mahkamah Konstitusi secara resmi telah memutuskan bahwa gugatan yang diajukan oleh pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dinyatakan ditolak keseluruhan.

Dan dengan demikian, tahapan selanjutnya dari Pilpres yang menguras energi selama delapan bulan atau menurut sebagian besar pihak sudah berlangsung sejak 2014 silam ini, adalah menunggu Komisi Pemilihan Umum menggelar Rapat Pleno guna menetapkan bahwa pasangan Ir. H. Joko Widodo dan Prof. Dr (HC) K.H Ma'ruf Amin sebagai pasangan Presiden dan Wakil Presiden terpilih.

Kembali ke kalimat "Biduk Lalu Kiambang Bertaut" saya hendak menjelaskan bahwa sejak saat ini, tidak ada lagi perdebatan benar atau salah, curang atau jujur dan juga kalah atau menang dalam Pilpres yang sudha harus diusaikan. Penting bagi semua komponen politik dan rakyat untuk bersama sama memandang kedepan untuk memperbaiki apa yang tidak benar dan meneruskan apa serta memperindah apa yang sudah tepat.

Presiden RI ke Enam, Susilo Bambang Yudhoyono jauh jauh hari sudah mengajak semua pihak untuk bersama sama melaksanakan rekonsiliasi. Hanya berselang beberapa jam setelah menerima kunjungan Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Presiden RI ke Enam Susilo Bambang Yudhoyono pada april silam di Singapura, SBY mengeluarkan pendapatnya tentang perlu segera dilakukan rekosiliasi menyeluruh pasca Pilpres dan Pileg serentak yang baru saja usai dilaksanakan.

Menurut SBY, di tengah situasi panas saat itu yang juga tengah menanti hitung suara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebaiknya kedua belah pihak dan tim pemenangan menahan diri agar tidak terjebak dalam ego masing-masing yang akan menyengsarakan masa depan rakyat.

SBY tentu tidak asal bicara, Ia kenyang makan asam garam politik. Ia seorang veteran Pemilu yang pernah mencatatkan namanya dengan tinta emas sebagai seorang Presiden yang terpilih secara demokratis di Pilpres langsung pertama kali dan mengulanginya pada Pilpres 2009. 

Tentu saja, SBY tahu betul bagaimana situasi dan kondisi bangsa serta punya resep mumpuni untuk menyembuhkan luka politik pasca Pilpres.

Diakui atau tidak, pasca pelaksanaan Pilpres dan Pileg serentak, kondisi masyarakat memang tengah terbelah mengikuti dua kubu kandidat yang bersaing. Karena itulah, rekonsiliasi adalah jalan satu satunya dan mendesak direalisasikan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline