Lihat ke Halaman Asli

Boby Lukman Piliang

Penulis, Penyair dan Pemimpi Kawakan

SBY dan Memory Kemenangan Demokrat di Jawa Tengah

Diperbarui: 31 Desember 2018   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selama sepuluh hari terakhir bulan Oktober silam, Ketua Umum Partai Demokrat dan juga Presiden RI ke Enam Susilo Bambang Yudhoyono menggelar safari politik ke Jawa Tengah dan Jawa Barat. Bukan tanpa alasan SBY dan rombongan besar kader partai mercy itu menggelar hajatan politik di "kandang banteng". 

Hasil jajak pendapat berbagai lembaga survey memang menempatkan raihan suara PD jauh dibawah perolehan suara PDI-P, Golkar, Gerindra dan bahkan PPP. SBY memang merasa perlu turun langsung kebawah, bertemu warga.

Bukan sekali ini saja SBY dan rombongan Partai Demokrat menggelar tour politik ke Jateng, DIY dan Jawa Barat. Menjelang pertengahan tahun lalu, SBY dan AHY juga menggelar Tour de Java ke semua pelosok Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat bahkan sampai ke Banten. 

Kegiatan tersebut memang bertajuk kampanye Pilkada. Sebagaimana diketahui, di Jawa Timur, Demokrat berkoalisi dengan PPP, NasDem, Golkar dan Hanura mengusung pasangan Khofifah - Emil Dardak, di Jateng mengusung pasangan Ganjar - Yassin dan di Jawa Barat mendapuk Deddy "Naga Bonar" Mizwar - Deddy Mulyadi.

Menjemput suara rakyat, mendengarkan mereka bicara dan memberikan solusi adalah laku politik yang saat ini tengah dilakoni oleh Partai Demokrat dan SBY. Tanpa membandingkan dengan apa yang saat ini dilakukan oleh penguasa, apa yang dilakukan oleh SBY dan Demokrat membawa dampak baik bagi citra dan kepercayaan partai itu kepada pemilih.

Demokrat memang sempat mengecewakan saat berkuasa di kali kedua titik kekuasaan mereka. Prilaku tak terpuji kader kadernya di pentas politik nasional yang berujung menjadi terpidana menjadi pelajaran berharga kader partai tersebut. Karena itu, ditengah makin minimnya perhatian pemerintah kepada nasib rakyat, celah itu dicoba dimanfaatkan oleh partai yang pernah menjadi pemenang pemilu di tahun 2009 silam.

Membandingkan era sepuluh tahun SBY menjabat sebagai Presiden dengan Jokowi yang baru empat tahun memang tidak pas. Namun jika berkaca pada periode yang sama, tentu hal itu akan menjadi pembahasan menarik. Selama empat tahun pertama menjabat sebagai Presiden, SBY mampu melaksanakan tugas dengan mulus. Pada masa itu, Indonesia dipandang sebagai negara yang mampu melewati masa transisi dan memulai pembangunan dengan baik dan terencana serta terukur.

Stabilitas politik yang terjaga, kehidupan berbangsa yang jauh lebih kondunsif serta pertumbuhan ekonomi yang positif mampu dicapai dan dipertahankan. Indonesia, sebut beberapa pengamat politik asing telah berjalan ke arah positif dan on the track.  

Pada masa itu, kehidupan dan iklim politik terasa sangat kondunsif. Namun bukan berarti tidak ada kritik terhadap pemerintahan SBY, akan tetapi sepanjang masa itu, kontrol publik tidak merupakan hal yang menakutkan bagi orang orang di lingkar kekuasaan. Media dan politisi bebas bersuara namun obyektif dan tidak asal.

Dalam perjalanan selama sepuluh hari ke Jateng, DIY dan Jabar itu, keluhan demi keluhan disampaikan rakyat kepada Demokrat. Bahkan tidak hanya langsung, akun instagram milik Ani Yudhoyono juga tak lepas dari masukan rakyat. Di kolom komen yang ada, banyak rakyat mengadukan nasibnya dan membandingkan dengan masa saat ini.

Namun sebagaimana diawal tulisan ini tadi, Demokrat tidak menyalahkan pemerintah saat ini meski menasbihkan diri sebagai kelompok yang tidak pro pemerintah. Mendengarkan suara rakyat, memberikan solusi itulah yang mereka lakukan. SBY dengan cermat mencatat semua masukan, ia merekam semua pertanyaan, keluhan dan juga masukan rakyat kepada partai yang kini dipimpinnya itu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline