Sengkarut cerita tertinggal di Pantai Mukalimus, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepri. Sempat terkikis akibat abrasi, kini pantai itu tampak bersolek setelah beberapa tembok penahan tanah terpasang di sekitar tepiannya.
"Terkikisnya itu tak dapat diperkirakan, sudah sejak saya kecil," kata Ali, Ketua RT 01 RW 09, di sana, Rabu (21/8/2019).
Menurut pria yang juga merupakan seorang nelayan ini, akibat abrasi, keindahan pantai itu hampir memudar. Ali bercerita, pengikisan tanah akibat air laut sendiri diperkirakan telah terjadi sejak puluhan tahun lalu.
Tahun demi tahun berganti, tepian pantai pun akhirnya menyusut hingga mencapai 20 meter.
"Belum lagi air pasang, itu bisa air masuk ke rumah warga di sini. Jarak genangan air pasang itu bisa menjangkau sejauh 5 sampai 7 meter pemukiman," tambahnya.
Tak dapat dipungkiri, pembangunan tembok atau tanggul di sekitar tepian pantai (coastal area) Mukalimus mendatangkan manfaat tersendiri bagi Ali dan warga lainnya.
"Memang, setelah dipasang (tembok penahan) tingkat abrasi menurun. Kalau tak entah kemana tepian pantai kami ini, tak jelas," ucap Ali sambil meneruskan bercerita.
Dengan pandangan kosong menghadap ke lautan lepas, Ali mengatakan, sebagian besar warga di sini memang menggantungkan hidupnya dari laut. Laut baginya telah seperti 'perusahaan mapan' tempatnya bersama nelayan lain mengais rezeki.
Ia juga mengaku kesal terhadap siapa pun yang tak dapat menjaga laut dari berbagai kerusakan.
"Laut itu anugerah Tuhan, tengok itu setelah ada pembangunan tembok kami pun dapat rezeki dari sana. Ciptaan Tuhan itu tak ada yang tidak berguna, yang penting dijaga jangan maruk," sesalnya.
Dengan mulai dibenahinya penataan Pantai Mukalimus, terlihat beberapa warga, yang umumnya ibu-ibu, dapat berjualan di sekitar lokasi pantai. Mulai dari jualan makanan ringan, minuman dingin (soft drink), dan dagangan lain dari hasil bumi seperti es kelapa muda.