Lihat ke Halaman Asli

Diov Hafizh

Saya merupakan mahasiswa sosiologi di universitas maritim raja ali haji di Tanjungpinang Kepulauan riau

Kebijakan Kenaikan BBM Menurut Sudut Pandang Sosiologi Konflik

Diperbarui: 13 Oktober 2022   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konflik pada dasarnya adalah ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Setiap kehidupan manusia pasti akan selalu terjadi konflik, konflik bisa terjadi pada siapa saja sekalipun itu kerabat dekat bahkan keluarga sendiri. Soerjono Soekanto mendefinisikan konflik sebagai suatu proses sosial orang individu atau kelompok manusia yang berusaha memenuhi kebutuhannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Dalam memahami konflik salah satu cabang ilmu sosial yaitu sosiologi konflik memiliki Tokoh yang banyak terlibat menyumbangkan pemikiran dan menemukan teori konflik misalnya saja di tokoh sosiologi klasik ada karl marx yang mengangap konflik itu terjadi karena adanya perbedaan kelas antara kelas kapitalis dan buruh. Adapun di era modern tokoh seperti lewis coser yang membedakan konflik terdiri dari 2 jenis yaitu konflik realistis dan konflik non realistis.

     Akhir-akhir ini pemerintah resmi menaikan harga BBM, Misalnya jenis pertalite naik dari 7.600 menjadi 10.000. Hal ini membuat masyarakat kaget lantaran kenaikan BBM ini terkesan spontan atau tidak di beri tahu sebelumnya. Kebijakan pemerintah menaikan BBM ini membuat masyarakat menjadi kesulitan lantaran kenaikan nya cukup signifikan karena mereka menganggap apabila BBM naik maka semua kebutuhan pokok juga akan naik. Peristiwa naiknya harga BBM ini merupakan suatu konflik yang terjadi di masyarakat karena terdapat pertentangan antara kebijakan pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Menurut lewis coser konflik kenaikan BBM ini merupakan konflik realistis, karena konflik realistis adalah konflik yang terjadi akibat ketidaksesuaian antara kebijakan dengan masyarakat atau konflik yang bersifat material seperti perebutan tanah atau perebutan harta warisan. Dalam hal kenaikan BBM ini contoh nya ialah turun nya mahasiswa dan masyarakat untuk demo tolak kenaikan BBM.

    Sedangkan konflik non realistis cenderung konflik ini mengalihkan objek dari masalah itu misalnya mahasiswa yang demo berhadapan dengan polisi padahal target yang di demo ialah pemerintah pembuatan kebijakan. atau konflik yang mempermaslahkan suatu yang bersifat ideologis seperti konflik agama. Coser juga berpendapat bahwa konflik tidak semestinya bersifat merusak atau disfungsional, konflik juga bisa bersifat positif menurut coser dari konflik kenaikan BBM ini dampak juga memiliku dampak positif nya seperti pendapatan negara meningkat dan tentunya memperkuat solidaritas misalnya mahasiswa yang berdemo menjadi semakin kuat satu sama lain. Secara umum konflik dapat terjadi karena di picu oleh beberapa hal misalnya 1. Perbedaan nilai dan norma, 2. Perbedaan pandangan, 3. Pertentangan kepentingan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline