Lihat ke Halaman Asli

Jurnalisme Sosial Media, Bukan Sekadar Curhat

Diperbarui: 2 Juni 2016   23:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Jurnalisme warga saat ini sedang menjadi tren di kalangan pengguna dunia maya. Tidak hanya menulis di media massa mainstream, sosial media menjadi salah satu sarana warga dalam melaporkan kejadian yang ada di sekitarnya. Namun, jurnalisme warga berbeda dengan jurnalisme yang sesungguhnya. Kesulitan jurnalisme warga ada di bagaimana penerapan etika dan juga penulisannya. Selain itu, terkadang jurnalisme warga juga diragukan kredibilitasnya.

Selain menulis di rubrik citizen journalism seperti Kompasiana, jurnalisme warga bisa dilakukan dengan banyak cara. Bentuk-bentuk situs berbagi lainnya seperti Youtube dan Instagram bahkan sering dijadikan tempat sebagai wadah jurnalisme warga. Contohnya saja seperti bagaimana akun Jogja 24 Jam yang menjadi pegangan wajib para pengguna Line dan Twitter di Jogja. Akun tersebut sering sekali membagikan berbagai informasi yang berasal dari warga. Tidak hanya seputar kejadian atau acara-acara yang berlangsung, info cegatan, kriminalitas, dan juga repost dari media online juga sering dilakukan. Dengan banyaknya sarana untuk wadah jurnalisme warga ini, tentunya pengguna internet harus bisa lebih memperhatikan mana yang benar-benar informasi, mana yang sekadar mencari sensasi.

Media sosial kerap diartikan sebagai tempat dimana orang mampu mengekspresikan diri dan juga menuliskan curhatannya. Tidak ada batasan yang diberikan di situs-situs tersebut. Hanya penerapan etika dan hukum yang berlaku yang mungkin membatasi gerak pengguna dunia maya. Contohnya mungkin UU ITE di Indonesia.

Tapi, akhir-akhir ini, media sosial juga sudah menjadi suatu wadah bagi para jurnalis warga untuk menuliskan atau berbagi info dan seputar pemberitaan yang terjadi. Tidak jarang, beberapa orang menuliskan suatu pemberitaan dengan model curhat.

Tentu cara seperti ini tidak bisa dikatakan sebagai sebuah jurnalisme. Dalam jurnalisme, harus ada prinsip dan etika yang dipatuhi. Selain itu, proses dalam jurnalisme tidak hanya melihat maupun merasakan, namun juga ada verifikasi dan juga penyuntingan. Sehingga, memang terkadang jurnalisme warga tidak dimasukkan dalam konsep jurnalisme yang murni.

Hal ini tentu akan berbeda dengan seorang wartawan profesional yang menulis di media soslal untuk kepentingan pemberitaan sekaligus mempromosikan tulisannya. Beberapa wartawan memang menggunakan media sosial sebagai sarana untuk berinteraksi dengan pembacanya. Selain itu, dia juga bisa mengetahui bagaimana komentar dari pembacanya secara langsung. Selain itu, suatu insitusi media juga biasanya memiliki akun sosial media yang mampu berinteraksi dengan pembacanya, dan juga mampu membagikan apa yang mereka beritakan saat itu juga. Tapi lebih dari itu, dalam jurnalisme sosial media,  media harus mampu memberikan publik informasi yang padat walaupun singkat. Hal inilah yang membedakan jurnalisme sosial media yang dilakukan para jurnalis profesional, dengan jurnalisme media sosial sebagai wadah untuk jurnalisme warga.

Pada akhirnya, jurnalisme sosial media tidak bisa dilepaskan dengan jurnalisme warga. Dalam hal ini, pengguna sosial media tidak hanya wartawan. Semua orang saat ini bisa menjadi jurnalis. Hanya saja, yang mereka harus lakukan juga mampu memberikan informasi lebih bagi publik, bukan hanya kepentingan untuk curhat semata saja.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline