Lihat ke Halaman Asli

Media Sebagai "Anjing Penjaga" SBY?

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada fenomena menarik di media online, khususnya portal berita. Setiap berita dilengkapi dengan kolom komentar, di mana para pembaca bisa mengomentari berita, setelah melakukan log in. Untuk log in, mereka harus mendaftar lebih dulu.

Fasilitas ini kerap luput dari perhatian publik, terlebih lagi yang super sibuk. Mayoritas orang hanya membaca berita di internet sambil lalu, jarang yang memberi komentar atau membaca komentar. Kalaupun berkomentar, lebih suka di media sosial seperti Facebook atau Twitter.

Kebetulan beberapa kali saya membaca berita yang kritis terhadap pemerintah, dengan narasumber tertentu. Lucunya, ada narasumber yang saat muncul di pemberitaan Detik, langsung diserang oleh belasan bahkan puluhan komentar pedas di kolom komentar Detik. Contohnya Mukhamad Misbakhun, yang belakangan cukup kritis terhadap pemerintah Jokowi. Coba klik berita ini:

http://news.detik.com/read/2014/12/21/204939/2783731/10/misbakhun-tantang-komisi-iv-ungkap-mafia-izin-penangkapan-ikan. Dalam hitungan menit, langsung banyak komentar bermunculan, yang mayoritas menyerang personal, bukan esensi dari berita tersebut. Sebut saja komentar yang dilontarkan

Amad Markoyo:“Misbakhun ....sadar kamu kan sudah pernah ditahan karena koerupsi ....hanya kajaiban/keadaan yang kdondusif saja yang membuatmu bebas menghirup udara segar ....”

Ada dua berita lain yang saya tak sempat catat link-nya, di mana narasumbernya Misbakhun, dan diserang oleh tuduhan-tuduhan keji di kolom komentar. Dua-duanya menyerang personal Misbakhun, yaitu “Mantan napi dan koruptor”.

Apa relevansi menyerang narasumber secara personal dengan tuduhan provokatif macam itu? Jika ditelaah, Misbakhun memang bisa dikatakan “musuh bebuyutan” Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY, mentan presiden RI. Vokalnya seorang Misbakhun sebagai inisiator Hak Angket Century di DPR periode 2009-2014 membuat SBY kebakarang jenggot. Sebab politisi yang pindah gerbong dari PKS ke Partai Golkar ini lumayan banyak menelanjangi keterlibatan SBY dalam kebocoran dana bailout 6,7 triliun tersebut.

Khawatir kebusukannya terkuak, ada burung yang menyampaikan kabar bahwa SBY berkolaborasi dengan kroninya untuk menjebloskan Misbakhun ke bui dengan tuduhan pemalsuan surat gadai untuk memperoleh kredit di Bank Century.

Setelah Misbakhun sempat dibui, ternyata kebenaran pun terungkap. Mahkamah Agung (MA) mengabulkan peninjauan kembali (PK) kasus pemalsuan surat gadai untuk memperoleh kredit di Bank Century dengan terpidana Muhammad Misbakhun. Oleh MA ini dinyatakan bebas pada 5 Juli 2012.



Kini Misbakhun kembali maju ke Senayan sebagai politisi Partai Golkar di Komisi XI. Sejak itu dia sangat kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah.

Lalu apa hubungannya dengan kolom komentar berita di Detik?

Sudah bukan rahasia publik, pemilik Trans Corp, korporat yang menaungi Detik, yaitu Chairul Tanjung alias CT sangat dekat dengan SBY. CT pernah ditunjuk SBY menjadi Menko Perekonomian. Lalu CT pun dipuji-puji oleh SBY di berita di Detik (milik CT sendiri) inià SBY: Pak Chairul Tanjung Kerja Siang-Malam Kelola Ekonomi http://t.co/miwmW5AEHZ.

Oh ya, CT adalah donatur tetap Partai Demokrat. Sudah pasti Detik sebagai media milik CT akan selalu mendukung keinginan SBY.

Nah, makin terlihat benang merahnya? Misbakhun, Century, SBY, Detik, CT.

Kenapa ada “pasukan penyerang” personal narasumber di kolom komentar Detik? Apakah ada hubungan dengan siapa “musuh” SBY dan siapa kawan SBY?Apakah pasukan tersebut memang sengaja disiapkan? Lalu apa betul kabar burung yang mengatakan bahwa CT membeli Detik dengan bantuan kucuran dana dari Cikeas?Untuk apa? Untuk menjadi media pendukung keluarga Cikeas, termasuk “mengamankan” mereka dari kasus seperti Century yang diduga melibatkan SBY, dan Hambalang yang konon melibatkan Ibas?

FYI saja, kolom komentar Detik diloloskan oleh sistem moderasi. Berarti ada moderator yang memang bertugas untuk memuat atau tidak komentar yang masuk. Bagaimana bisa komentar-komentar yang menyerang personal narasumber bisa lolos? Bukankah idealnya yang dikomentari adalah esensi berita dan isunya, bukan serangan ke personal?

Saya jadi bertanya-tanya, apakah moderator di kolom komentar Detik memang berfungsi sebagai “anjing penggonggong” narasumber yang dianggap “musuh” tuannya, yaitu SBY? Apakah media massa memang menjadi "anjing penjaga" SBY?

Sebuah pertanyaan, bukan tuduhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline