Lihat ke Halaman Asli

Nilai Akademis yang Utama, Begitukah? (Bagian Pertama)

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

(Bagian 1 : Keanggotaan Panitia dan Organisasi)

Pada bagian pertama tulisan saya yang merujuk pada masih adanya nilai sosial yang ‘mewajibkan’ nilai akademis adalah yang utama dalam sistem pendidikan ini saya akan sedikit bercerita dan berbagi mengenai pengalaman saya dalam berorganisasi dan mengikuti kepanitiaan.

Jujur, saya adalah orang yang bisa dibilang susah anteng. Melihat pada jaman SD, saya masih terbilang anak yang pasif di kelas (menurut laporan hasil belajar per caturwulan). Di luar kegiatan intrakurikuler, saya hanya ikut sebuah sanggar tari. Selebihnya, saya hanya di rumah.

Mulai SMP, saya mulai mengikuti organisasi yang ada seperti OSIS, dan beberapa ekstrakurikuler seperti Pramuka dan Marching Band. Di SMA saya juga masih aktif dalam OSIS dan ekstrakurikuler paduan suara. Meskipun tetap, nilai akademis saya tidak bisa masuk dalam lima dan bahkan sepuluh besar di kelas, terutama waktu SMA.

Masuk dunia perkuliahan, saya sempat merasa ‘kaget’ dengan suasana yang begitu berbeda dengan masa sekolah. Beberapa kegiatan di luar kegiatan akademis saya ikuti, dan saya menemukan rumah singgah yang bernama Badan Eksekutif Mahasiswa. Di sana saya merasa nyaman dan betah, lagipula saya bisa betul-betul mengembangkan apa yang pernah saya dapat khususnya dalam hal berorganisasi dan team-working.

Apa kohesi dan korelatif antara judul tulisan dengan cerita saya?

Dalam dunia perkuliahan saya sekarang ini khususnya, saya dan teman-teman lebih dibutuhkan untuk setidaknya mempunyai rasa aware terhadap kampus. Apalagi, kampus saya masih tergolong seumur jagung, yang tentunya masih membutuhkan banyak perkembangan di sana-sini. Begitu juga dengan organisasi-organisasi yang ada. Selayaknya bayi baru lahir yang masih butuh banyak belajar dan diarahkan, tentu juga masih banyak kegiatan/acara yang bersifat ‘pelopor’, untuk memelopori acara berikutnya.

Banyak asam manis pelajaran yang bisa saya ambil dari kegiatan-kegiatan yang ada di kampus saya sampai saat ini. ‘Asam’nya, saya pasti (dan akan terus) bertemu dengan banyak orang baru yang berbeda-beda pula karakternya, dan dalam setiap pencapaiannya pasti akan banyak cara yang dilalui dengan banyak orang yang berbeda. Bagi saya, hal tersebut merupakan hal yang agak sulit saya biasakan. Manisnya, setiap pencapaian akan menjadi sebuah momen pembuktian dimana saya dan semua yang bekerja bersama saya sukses dan berhasil dalam mengusahakan sesuatu, serta membangun team-working.

Semua itu menurut saya lebih dari sekedar nilai akademis/intrakurikuler. Nilai akademis untuk saya hanya seperti tinta di atas kertas, pembuktian atas apa yang bisa kita hafal dan mengerti di dalam kelas. Sedangkan untuk ‘penilaian’ untuk kegiatan di luar akademis, menurut saya, akan secara otomatis kita dapatkan dari apa yang kita usahakan dalam lingkungan kita. Dari keanggotaan pantia dan organisasi, akan banyak yang kita dapatkan, seperti team-building. Toh, dalam kehidupan kita selanjutnya, dalam pekerjaan, dan dalam lingkungan masyarakat kita tidak akan pernah bekerja untuk dan dari diri sendiri, akan banyak orang dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda di sekeliling kita.

Untuk saya, nilai lebih inilah yang saya cari dan akan terus saya kembangkan. Bukan untuk kepentingan saya pribadi, namun kembali lagi, karena saya hidup dan nantinya bekerja bukan untuk dan dari diri saya sendiri.

Tulisan ini saya buat, sebagai bentuk keprihatinan saya karena masih banyaknya mahasiswa dengan sikap apatis dan tidak aware dengan lingkungan kampus, dan masih menganut sistem ‘kupu-kupu’ alias kuliah-pulang-kuliah-pulang.

Juga, keprihatinan saya terhadap masih banyaknya penggunaan standar akademis yang tinggi sebagai patokan utama apakah seseorang berkompeten atau tidak. Toh, tidak semua orang ber-IPK tinggi mampu bekerja aktif dalam kelompok, bukan? I prove it.

Sampai jumpa dalam tulisan berikutnya. :)

Salam,

Myg.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline