Lihat ke Halaman Asli

Inovasi Anies di Jakarta Hanya Sebatas Nama dan Kata

Diperbarui: 5 April 2018   10:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: Megapolitan kompas

Kontroversi, mungkin itulah kata yang paling tepat untuk menanggapi apapun kebijakan yang diwacakan oleh Gubernur Jakarta, Anies Baswedan. Bagaimana tidak, selama kurang lebih 5 bulan menjabat Anies tidak henti-hentinya membuat kisruh Jakarta dengan program-program yang ia buat. seolah ingin tampil beda, program-program yang dikerjakan Anies cenderung berbanding terbalik dengan program yang dikerjakan oleh Gubernur terdahulu yaitu Gubernur Ahok. Tidak Cuma itu, silang pendapat antara Anies dan Wakilnya, Sandiaga Uno juga memperparah kondisi pemerintahan Jakarta.

Anda semua pasti tau Ruang terpadu ramah anak atau yang lebih tenar dengan sebutan RPTRA. Program unggulan dari Gubernur Ahok terbilang sukses dan keberadaannya banyak didukung oleh masyarakat. Namun sungguh disayangkan, beberapa saat lalu Pemprov DKI Jakarta mewacanakan untuk menghapuskan program RPTRA pada tahun 2019.

Pemprov menganggap jumlah RPTRA di Jakarta sudah melampau target. Disisi lain, terdapat masalah dalam prosedur pembebasan lahan yang akan digunakan untuk membangun RPTRA. Selain membutuhkan dana yang tidak sedikit, pembebasan lahan untuk pembangunan RPTRA juga membutuhkan waktu yang lama. Wacana ini juga didukung oleh Anies yang mengatakan pihaknya akan memperbanyak pembangunan Ruang terbuka Hijau di Jakarta. Meski pada penyampaiannya Anies berbeda pendapat dengan Wakilnya Sandiaga Uno yang menganggap RPTRA merupakan program yang bagus dan harus tetap dilanjutkan (Kompas.com).

Setelah menuai perdebatan bahkan dengan wakilnya sendiri, Baru-baru ini Anies memberikan pernyataan bahwa pihaknya akan menganti nama RPTRA menjadi Taman Pintar dengan berbagai pertimbangan salah satunya adalah karena fungsinya menjadi ruang bagi masyarakat untuk berinteraksi dan belajar. 

Anies menyebutkan pergantian nama ini semata-mata karena mencocokkan dengan tujuan taman tersebut. Dan karena diganti nama, otomatis fungsi dari taman ini berbeda dengan RPTRA gagasan Ahok. Namun saat ditanyakan fungsi bagian mana yang membedakan RPTRA buatan Ahok dengan Taman Pintar miliknya, Anies tidak dapat menjawab dengan gamblang. Seolah tergelitik, Kadis Kehutanan, pertamanan dan pemakaman DKI Jakarta, Djafar Muchlisin justru menyebutkan bahwa taman pintar sama saja dengan RPTRA. Apalagi jika dilihat dari segi fungsi, tidak ada yang membedakan RPTRA dengan Taman Pintar yang digagas Anies (Tribunnews.com).

Lagi-lagi Anies melakukan penggantian nama terhadap program-program populer yang berhasil dikembangkan Ahok. Bahkan Fraksi PDIP meminta Anies untuk tidak Alergi menggunakan istilah untuk program yang sudah terlanjur populer dari Gubernur terdahulu. RPTRA bukanlah satu-satunya program yang diganti namanya oleh Anies. 

Jika kita Flashback, ada beberapa nama program yang diganti seperti Normalisasi Sungai menjadi Naturalisasi, Rumah Susun menjadi Rumah Lapis, Penggusuran menjadi penggeseran dan masih banyak lagi. Kalau memang program gagasan Ahok tersebut bagus, kenapa Anies harus malu untuk melanjutkannya? Pemimpin yang baik itu tidak cuma harus santun, namun juga harus bisa menghargai hasil kerja pemimpin sebelumnya. Atau mungkin Anies sudah terlanjur "malu" untuk melanjutkan program tersebut sehingga untuk menutupi satu-satunya cara adalah dengan mengganti nama?. Sungguh potret pemimpin yang lucu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline