Lihat ke Halaman Asli

Egoisme Anies Sengsarakan Rakyat

Diperbarui: 15 Februari 2018   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. CNN Indonesia

Hujan kembali mengguyur Jakarta sejak pagi. bahkan ketika tulisan ini dibuat, hujan belum juga reda. Bisa dipastikan kekhawatiran masyarakat akan banjir kembali tinggi pasca banjir 5 Februari lalu. Gubernur Jakarta, Anies Baswedan mengatakan bahwa Jakarta siaga banjir hingga 16 Februari mendatang (Liputan6.com).

Beberapa pengamat sangat penyayangkan sikap Anies yang terkesan lambat dalam menangani banjir. Banjir adalah musibah, dan tidak ada satu orang pun yang bisa meramalkan kapan hal itu akan terjadi. Namun, BMKG telah memprediksi bahwa curah hujan tertinggi akan terjadi dibulan februari.

Banjir yang terjadi 5 februari merupakan banjir terparah dalam 2 tahun terakhir, terutama di masa kepemimpinan Anies. Saat kepemimpinan gubernur terdahulu, banjir hanya bertahan sekitar 3 jam. Namun tahun ini banjir bertahan hingga beberapa hari. Saat ditanya masalah banjir, Anies terkesan menyalahkan air yang merupakan kiriman dari daerah bogor, selanjutnya memberikan bantuan dana untuk pengelolaan daerah hulu (Tempo.co).

Sebenarnya banjir yang terjadi bukan cuma karena "kiriman" namun juga karena buruknya tata ruang Jakarta. Hal ini terbukti saat curah hujan di Jakarta tinggi, Jakarta tetap tergenang banjir meskipun tidak mendapatkan kiriman air dari daerah hulu. Jadi sebaik apapun pengelolaan DAS didaerah Hulu tidak akan mencegah jakarta terendam banjir

Anies menyadari bahwa tatakota jakarta serta penurunan permukaan tanah menjadi salah satu alasan mengapa jakarta selalu tergenang banjir. Air hujan yang ada dipermukaan tanah tidak dapat diserap masuk kedalam tanah. Rencana penanggulangan banjir yang dulu disampaikan Anies ketika Kampanye untuk memasukkan air kedalam tanah melalui sumur resapan tidak terealiasi (Merdeka.com).

Berkali-kali Anies diingatkan untuk melanjutkan proses normalisasi sungai ciliwung yang telah dilakukan sebelumnya oleh  Gubernur terdahulu. Namun hal tersebut ditolak Anies dengan alasan tidak akan menggusur masyarakat yang tinggal dibantaran Ciliwung. Padahal, masyarakat yang ada di bantaran sungai ciliwung telah setuju untuk direlokasi.

Anies akhirnya mencanangkan program terbarunya yang mirip dengan normalisasi sungai yaitu naturalisasi sungai. Yah, serupa tapi tak sama lah. Program ini juga harus meng-geser (bukan meng-gusur) masyarakat yang hidup di bantaran kali. Hal ini telah dibenarkan oleh Wakil Gubernur Sandiaga Uno yang mengakui telah mendapatkan persetujuan masyarakat yang sebenarnya dari dari awal sudah didapatkan (Nusantara.RMOL.co).

Banyak pihak yang menggerutu dan kesal akan kebijakan yang dicanangkan Anies. Seandainya saja Anies tidak "malu" untuk melanjutkan pelaksanaan normalisasi sungai yang telah dilakukan, tentu Jakarta tidak akan terendam dan masyarakat tidak perlu repot-repot mengungsi. Yang terpenting adalah tindakan nyata pencegahan banjir, bukan tindakan penyelamatan saat banjir datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline