Lihat ke Halaman Asli

Dionisius Yusuf

Hanya seorang pendidik

Menyerahkan Diri

Diperbarui: 8 Agustus 2020   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Setelah mengetahui bahwa saya positif terinfeksi covid-19, otak saya langsung berpikir bagaimana saya bisa survive dengan kondisi begini. Pilihan ada tiga: dirawat di rumah sakit, pergi ke Wisma Atlet atau isolasi mandiri di rumah. Alternatif pertama saya buang jauh-jauh karena masalah biaya. 

Sudah pasti akan memakan biaya mahal kalau harus dirawat di rumah sakit untuk jangka waktu lama (at least 2 minggu). Akhirnya pilihan tinggal dua, yaitu isolasi mandiri di rumah atau pergi ke Wisma Atlet. 

Setelah ditimbang-timbang, saya memutuskan untuk pergi dan menyerahkan diri ke wisma atlet. Pilihan sulit memang, tetapi inilah mungkin yang terbaik.

Kalau saya memutuskan mengisolasi secara mandiri di rumah, tentu bisa saja, tetapi saya akan sangat merepotkan orang lain, terutama adik ipar saya yang harus mengantarkan makanan ke rumah setiap hari buat saya. Belum lagi nanti terjadi apa-apa di rumah, tidak ada yang dapat membantu (karena saya stay alone di rumah saat itu). 

Belum lagi obat yang harus dibeli dan dikonsumsi. Mau tidak mau, saya harus ke rumah sakit untuk mengambil obat tersebut. Godaan terbesar adalah keinginan untuk keluar rumah. 

Dengan pertimbangan tersebut, akhirnya saya meminta adik saya untuk mencari informasi bagaimana prosedur kalau pergi mandiri kesana. Setelah itu, adik saya mencari informasi mengenai prosedur ke wisma atlet. Setelah mendapatkan informasi tersebut, lalu saya menyiapkan perlengkapan ala kadarnya, seperti laptop, charger, botol minum, beberapa potong pakaian. Dengan mengendarai motor, saya menuju Wisma Atlet.

Menjelang jam dua siang, saya tiba di wisma atlet.

Ketika sampai di Wisma Atlet, sudah terlihat sign untuk pasien yang akan datang melapor kalau dirinya terinfeksi Covid-19. Saya lalu mengikuti sign tersebut. Ketika mau memasuki wisma atlet, saya sudah dicegat oleh beberapa tentara yang berjaga disana. Saya ditanyakan apa keperluan saya ke wisma atlet. Saya lalu menjawab bahwa saya adalah pasien (baru). 

Seketika itu juga, salah satu bapak tentara mencatat nama saya, umur, kapan saya mengetahui saya terinfeksi, dari rumah sakit mana. Nah setelah mencatat seluruh informasi tersebut, bapak tentara tersebut lalu menelepon bagian IGD bahwa ada pasien baru, yaitu saya. 

Ada kejadian lucu teman-teman ketika saya menunggu bapak tentara itu menelepon, tiba-tiba dibelakang saya muncul satu anak muda yang mengendarai motor. Si tentara itu langsung teriak, “Eh kamu mau ngapain? Mau masuk juga jadi pasien. 

Tuh, di depan kamu pasien,“ Seketika itu juga si anak muda langsung mundur teratur. Takut kali ya. Melihat adegan tersebut, ada rasa geli dan lucu juga, oh ternyata begini ya kalau jadi pasien...ditakuti....hehhehe...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline