Butir-butir kontas tergenggam jari jemari.
Larik-larik doa memadat dalam desah nafas.
Untaian 'Salam Maria' terlantun dalam tutur dan hening,
pecahkan senyap serta bisu.
Bersama keluh, ribu bahasa sujud menyapa,
SALAM MARIA.
Dengan kagum ku pandang...
Setiamu memikul duka, sabarmu menanggung perih.
Kaulah bunda PENUH RAHMAT.
Niatmu berserah pada sang Khalik,
membuatku teguh berujar:
TUHAN SERTAMU.
Perangaimu nan anggun, taat yang terlalu, beri teladan luhur:
Sungguh, TERPUJILAH ENGKAU DIANTARA WANITA.
Tanggalkan asyik-masyuk diri,
dengan gegas kau rela terima tugas mulia 'tuk lahirkan Sang Penyelamat: TERPUJILAH BUAH TUBUHMU, YESUS.
Rosario yang harum semerbak,
merasuk relung-relung hati.
Cintamu yang tak berujung,
mambuatmu sulit 'tuk lesap.
Ohhh... SANTA MARIA,
pemilik senyum ceria penuh sahaja.
Anggun penuh pesona keibuan tak luput dari pancaran,
BUNDA ALLAH.
Bersama tekuk lutut dan hati meringik ku menjerit dengan sikap serah pasrah,
DOAKANLAH KAMI ORANG BERDOSA INI.
Dengan kepasrahan yang syahdu,
SEKARANG DAN WAKTU KAMI MATI.
Berlandas iman, sebakul doa ku lantunkan.
Dalam harapan, terlantun rapal mohon dengan sujud.
Bersama kasih yang tersalur.
Inilah melodi hati dalam hingar-bingar hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H