Lihat ke Halaman Asli

Dionisius Riandika

Seorang Educator, Hipnomotivator, Hipnoterapis, Trainer, Penulis

Kesadaran demi Kebahagiaan

Diperbarui: 13 Februari 2021   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Zaman ini, manusia cenderung mengabaikan kesadaran. Akibatnya, manusia hidup dalam dunia fantasi tanpa mereka sadari. Buktinya jelas, banyak manusia yang tidak merasa bahagia. Banyak yang masih berkutat dalam pencarian kebahagiaan tanpa ujung pasti.

Berapa banyak di antara kita yang jauh-jauh melintasi pulau hanya untuk bisa melihat matahari terbit atau matahari terbenam?

Bisa kita saksikan setiap tahunnya, ribuan manusia mengunjungi pantai-pantai atau gunung-gunung demi bisa melihat sunrise atau sunset. Ini hanya contoh yang sangat kecil di antara banyak contoh lain.

Padahal, andai kita mau menyadari, dari halaman rumah kita sendiri pun kita bisa melihat indahnya matahari terbit dan terbenam setiap hari. Jika ini yang terjadi alangkah bahagia kita rasakan tanpa harus menunggu esok dan harus di suatu tempat lain.

Banyak hal dalam hidup ini yang perlu kita sadari supaya kita senantiasa mengalami dan merasa bahagia. Namun, kita sering mengabaikannya. Alhasil, kita tak lagi merasa bahwa hidup ini penuh dengan rahmat. Akibatnya, kita sering merasa tidak bahagia.

Mari kita mulai membiasakan diri menjadi manusia sadar. Menyadari napas yang kita hirup dan kita embuskan. Menyadari aliran darah yang mengalir dalam tubuh. Menyadari jantung yang berdetak. Menyadari lidah yang masih bisa merasakan. Menyadari hidung yang masih mampu menghidu. Menyadari mata yang masih mampu melihat. Menyadari tangan yang masih sanggup bekerja. Menyadari kaki yang masih kuat menopang badan dan masih sigap berjalan. 

Mari kita sadari kekurangan yang ada dalam diri kita. Dengan kesadaran itu, kita hidup sebagai orang yang rendah hati. Mari kita sadari pula segala kelebihan yang kita punya. Dengan kesadaran itu, kita hidup sebagai manusia yang suka berbagi. Mari kita sadari keterbatasan diri kita sebagai manusia. Dengan kesadaran itu kita hidup sebagai hamba Tuhan yang percaya akan penyelenggaraan dan kemahakuasaan-Nya. Dan, masih banyak lagi hal yang harus kita sadari.

Manusia perlu memulai kembali untuk hidup dengan penuh kesadaran diri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline