Adakah jingga yang lebih indah daripada warna tepi senja.. Adakah wangi yang lebih harum daripada aroma musim kembang kopi.. Adakah arti yang lebih sejati daripada cinta sebutir hati..
Pertanyaan-pertanyaan itu kulemparkan pada secangkir kopi.. yang begitu tenang menelan setiap kegelisahan.. dan dengan cerdik melahirkan aroma kenikmatan..
Kuyakin akan menemukan jawaban ketika kuteguk, kucecap, lalu kutelan keutuhannya..
Dan, astaga.. pahit yang menyakitkan justru nikmat menggairahkan.. pekat gelap yang mengerikan justru tenang yang menenteramkan..
Selama ini, aku keliru menyangka bahagia lahir dari rahim cinta.. nyatanya bahagia adalah racikan istimewa dari sesendok luka, secangkir penolakan, dan semangkuk pengurangan tanpa penghargaan..
Lalu cinta.. adalah aroma yang tercipta dari persetubuhannya..
Jadi, tentu saja ada jingga yang lebih indah daripada warna tepi senja.. yaitu jingga yang nampak di antara pekat malam..
Tentu saja ada wangi yang lebih harum daripada aroma musim kembang kopi.. yaitu wangi yang semerbak dari pengampunan hati yang tersakiti..
Dan, tentu saja ada arti yang lebih sejati daripada cinta sebutir hati.. yaitu cinta yang rela berkurban sampai mati..
Kampung Pondok, 31 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H